Sabtu, 11 April 2015

FF romance, sad ending oneshoot Nan gwenchana



Tittle/judul fanfic: Nan gwenchana
Author: Do eun rim
Length: oneshoot
Cast : Kevin UKISS, Park Eun Rim (OC), Seulong, Dll.
Genre: Romance, sad ending
Disclaimer: ini ff  terabsurd dan typo bertebaran dimana-mana, semoga anda senang membacanya :)
 


Hari itu matahari bersinar cerah
Itu adalah hari saat aku mulai mencintaimu
Aku sangat bahagia bisa mencintaimu
Tapi sekarang semua itu sudah berakhir, benar-benar berakhir, hatiku sakit
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan , aku masih tidak bisa melupakanmu
Semoga kamu tidak menyeseli ini karena aku akan melupakan mu
Bahkan jika aku seperti orang bodoh , aku akan melupakanmu
Aku akan berjanji pada diriku sendiri untuk melupakanmu meskipun itu sulit
Meskipun nanti aku akan memikirkanmu lagi
^^
Eun Rim POV
Aku menutup buku diary yang berwarna pink bergambar pohon cherry blossom yang berdiri kokoh dan sedang berguguran daunnya, di bawah pohon itu ada seorang wanita yang sedang bersandar pada pohon dan membaca sebuah buku. Aku menatap buku diary itu sambil menopang dagu dengan kedua tanganku. Sesaat kutarik nafas untuk menghilangkan rasa lelah, acara berkemas barang yang sedari subuh aku kerjakan dan tanpa bantuan siapa pun membuatku sangat lelah. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 08.00 KST, biasanya pagi-pagi sekali aku sudah bersiap ke kantor, tapi berbeda dengan hari ini, atau mungkin hari-hariku berikutnya karena aku akan pindah ke Amerika, memulai kehidupan baru, pekerjaan baru, dan teman-teman yang baru.
Kugenggam ponselku dan mengecek message dari temen-teman, isi pesan mereka pasti hampir sama,
Chukkaeyo Eun Rim-a! semoga kau nyaman bekerja di tempat yang baru.
Jangan lupakan kami yaa, sekali-kali pulanglah ke Korea, kami pasti akan sangat merindukanmu…

Aku pun hanya membalas dengan jawaban yang hampir sama pula,

Gomaptaa… aku juga pasti akan sangat merinduan kalian, do’akan aku ya!

            Sebenarnya aku sedikit kecewa ketika mengecek message dari teman-teman, pesan yang paling aku tunggu-tunggu bukanlah dari mereka, tapi dari sahabatku.

“Sahabat? Bisa jadi ya atau tidak, bagiku dia lebih dari sekedar sahabat, entah dia menganggapku lebih dari itu atau tidak, ahh… aku terlalu lelah dengan semua itu, memainkan peran bersandiwara dalam kehidupan nyata sungguh sangat melelahkan”

Aku berniat untuk menghubunginya terlebih dahulu, tapi ketika panggilan di ponselku sudah tersambung tiba-tiba saja jariku bergerak untuk memutuskan sambungan telepon itu,

“Mungkin dia sedang sibuk”

Aku menyimpan ponsel di saku celanaku,

“Sibuk?”

Mungkin kata-kata itu hanya bagian dari sandiwaraku untuk mengobati hatiku sendiri. Aku melihat barang-barang yang masih belum dikemas, mataku tertuju pada sebuah benda yang tertempel di dinding dan belum kumasukan ke dalam dus, benda itu adalah lukisan wajah seorang wanita yang sedang tersenyum, menurut si pembuatnya wanita yang ada di lukisan itu aku, ia memberikannya padaku ketika aku berulang tahun yang ke 17, dengan berat hati aku memasukan lukisan itu ke dalam dus kecil,
“Mungkin kutitipkan saja pada Seulong” Fikirku ketika akan memasukkan benda itu.
^^
Author POV
            Lelaki yang memakai jas dan dasi hitam seperti pekerja kantoran kebanyakan itu segera turun dari mobil didampingi assistant pribadinya, petugas kemanan yang berada di kantor itu dengan cekatan membukakan pintu mobil dan membungkuk untuk memberi hormat padanya. Meski pakaiannya sederhana siapa sangka ia adalah pemilik Woo Corporation, sebuah perusahaan besar yang bergerak hampir di segala bidang seperti otomotif, tekstil, dan hiburan, bahkan hotel-hotel dan pusat perbelanjaan yang ada di Seoul hampir semuanya milik perusahaan itu. Lelaki itu mempunyi mata yang indah dan menyejukkan, dengan postur badan yang ideal membuat wanita mana pun tertarik padanya, apalagi jika ia tersenyum. Namun, sikapnya yang selalu dingin kepada siapa pun membuat semua keistimewaan itu seperti tertutupi.
Tenggang waktu untuk memulai meeting tinggal 10 menit lagi, sementara meeting dilaksanakan di lantai 11. Lelaki itu menuju lift dengan langkah tergesa-gesa.
“Tolong cek berkas-berkasnya apakah ada yang tertinggal” Perintahnya dengan sikap dingin seperti biasanya.
“Sudah sajang-nim” Kata assistantnya dengan patuhnya.
Setelah keluar dari lift ia segera memasuki ruangan meeting, semua orang yang ada di ruangan itu segera berdiri dan membungkuk sebagai tanda hormat, ia hanya membalas dengan anggukan dan segera duduk,
“Maaf atas keterlambatannya, baiklah kita mulai saja meeting ini” Perintahnya masih dengan sikap dinginnya.
Kevin POV
Aku memperhatikan orang yang ada di depan untuk mempresentasikan laporannya dengan sesekali melirik kearah orang-orang yang ada diruangan itu,
“Biasanya ia selalu duduk di sana dengan sorot mata yang tajam jika aku ketahuan melihatnya”
Aku menahan tawa mengingat kebiasannya dulu.
            Setelah selesai meeting, aku berniat untuk menghubungi seseorang, tetapi assistantku mengingatkanku untuk segera pergi ke acara berikutnya,
“Ah…sial!” Umpatku sambil melangkah dengan malasnya menuju mobil.
^^
Eun Rim POV
            Aku baru saja pulang dari rumah Seulong untuk menitipkan sebuah bingkisan dan mengucapkan salam perpisahan,dia adalah anak dari teman ayahku dan kami bekerja di kantor yang sama, karena ayah dna ibuku sudah tiada, dia sudah menganggapku seperti adiknya sendiri. Setelah bersiap-siap dan  memakai sepatu, aku membawa koper ke ruang tamu. Aku terdiam sesaat untuk melihat sekeliling rumahku, rumah sederhana yang menyimpan berjuta kenangan, aku tersenyum getir melihatnya, sangat berat rasanya untuk meninggalkan semua kenangan ini. Barang-barang yang sudah dikemas sengaja aku tinggalkan untuk nanti dipindahkan ke rumah orangtuaku dulu di Gyeonggi, aku hanya membawa satu koper besar dengan tas ransel, lagipula ketika aku sampai di Amerika barang-barang di rumah baruku sudah di sediakan.
“Selamat tinggal…” Ucapku pada rumah kenangan itu.
^^
            Untuk menuju airport aku menggunakan kereta bawah tanah untuk menghemat biaya perjalanan. Perjalanan menuju kesana menghabiskan waktu sekitar 2 jam, untuk mengobati rasa bosan aku membuka diary ku, aku membaca lembaran demi lembaran dalam buku itu, aku tersenyum geli melihat tulisan-tulisanku dulu, pada lembar berikutnya aku terdiam membaca kata demi kata dalam tulisan tersebut,
Karenamu aku bisa menangis dan tertawa setiap harinya
Setiap hari hatiku gelisah, tak pernah tenang
Tapi tak apa, sungguh tak apa, aku tak keberatan
Aku hanya perlu melupakan segalanya, meninggalkan semuanya disini
Kenangan-kenangan itu, semuanya

Kenangan itu masih tersimpan rapi disini
Awalnya, kupikir aku tidak bergantung padamu
Tapi, ketika mengingat kenangan itu
Tiba-tiba saja air mataku turun dengan sendirinya

Apa yang harus kulakukan terhadap setiap kenangan itu?
Kenangan yang masih jelas di ingatanku…

Author POV
Flashback on
Eun Rim sedang berkutat di dapur dengan bahan-bahan masakan yang baru dibelinya, ia akan membuat dakjuk, makanan favorite Kevin, Dakjuk dibuat dari daging ayam yang direbus dalam air dicampur dengan bawang merah dan bawang putih, Kemudian ditambahkan nasi dan dimasak sampai daging ayam matang. Hasilnya, seperti bubur yang sangat kental, kaya akan daging ayam dan rasa bawang putih. Ketika ia membuka tutup panci, wangi khas dakjuk menusuk indra penciuman, membuat siapa saja tidak sabar untuk menyantapnya. Eun Rim mengambil ponsel di sakunya, ia segera mengangkat telepon dan meletakan di dekat telinga lalu dijepit dengan pundaknya, sementara kedua tangannya sibuk memasak.
“Ya! Kau dimana? Makanannya sudah hampir jadi” Katanya sedikit membentak kepada orang yang ada di sebrang telepon,
Eun Rim terdiam mendengar penjelasan dari si penelepon dan memasang muka malas,
“Baiklah, kutunggu 30 menit lagi” Katanya dengan nada kecewa.
Setelah menutup telepon, ia kembali fokus dengan masakannya.
30 menit kemudian…
Eun Rim menonton tv dengan malasnya sambil sesekali melihat ke arah jam dinding,
“Awas saja jika dia tak datang, akan kujadikan dia makanan penutup yang lezat!” Katanya dengan raut wajah kesal.
Tiba-tiba saja ada seseorang yang membunyikan bel rumahnya, ia pun segera menghampiri pintu, namun, sebelum pintu itu akan dibuka oleh Eun Rim, orang itu sudah masuk duluan dan merapikan sepatunya,
“Ya! Untuk apa kau mengetuk pintu kalau bisa masuk sendiri” Katanya dengan wajah ketus,
Lelaki itu tersenyum tanpa merasa bersalah, senyum yang jarang ia perlihatkan pada orang lain,
“Aku kan bebas berkehendak semauku, kau tahu kan aku siapa?” Katanya sedikit menyombongkan diri,
Eun Rim memutar matanya malas,
“Kau tuan Kevin Woo pemilik perusahaan Woo corporation”
Kevin tertawa geli karena berhasil membuat Eun Rim kesal,
“Mianhae, tadi ada banyak sekali pertemuan yang harus kuhadiri” Kata Kevin meminta maaf,
“Hmm… aku tahu itu, ayo makan! Aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu” Kata Eun rim kemudian menarik tangan Kevin untuk mengikutinya.
           
Kevin memakan Dakjuk dengan lahapnya, Eun Rim hanya memperhatikan Kevin dengan muka kasihannya,
“Sudah berapa hari kau tak makan?” Tanya Eun Rim karena miris melihat cara makan Kevin,
Kevin terdiam dan menatap Eun Rim dengan wajah polosnya, ia kemudian melihat ke atas seperti mengingat sesuatu,
“Mungkin 2 hari” Katanya kemudian melanjutkan makannya lagi,
Eun Rim yang melihatnya hanya menggelengkan kepala.
“Kau tak makan?” Tanya Kevin karena ia merasa terus diperhatikan oleh Eun Rim,
“Melihatmu saja perutku sudah terasa kenyang” Kata Eun Rim sambil mengusap perutnya,
Kevin kemudian mengambil sesendok dakjuk dan memaksa Eun Rim membuka mulutnya, wanita itu hanya menggeleng dan memasang tatapan memelas,
“Ini perintah dari bosmu!” Kata Kevin dengan sedikit ada nada tekanan pada kata ‘bos’,
Eun Rim yang mendengar kata itu memakan sesendok dakjuk yang diberikan Kevin.
“Aku tidak suka kau memakai kata itu jika kita tidak sedang bekerja!” Kata Eun Rim kesal,
“Jika aku tidak memakai kata itu, kau tidak mau mendengarkanku” Kata Kevin lalu menjulurkan lidahnya,
Kevin memberikan satu sendok Dakjuk lagi pada Eun Rim, akhirnya mereka memakan Dakjuk semangkuk berdua.
            Setelah selesai makan, Kevin duduk di ruang TV dan menonton acara musik yang menarik perhatiannya, Eun Rim datang dari dapur dan membawa dua mangkuk ice cream dan memberikannya pada Kevin, lelaki itu memakan ice cream dengan lahapnya. Kevin melihat ke sekeliling ruangan dan tertuju pada satu benda,
“Lukisan itu masih terlihat bagus, padahal sudah 3 tahun yang lalu sejak aku membuatnya untukmu” Kata Kevin sambil menunjuk lukisan itu,
Eun Rim juga melihat kearah lukisan itu dan hanya menganggukan kepala,
“Dulu kau bilang hanya akan menyimpannya di gudang karena lukisan itu tak menarik, padahal aku menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk membuat lukisan itu karena pipimu selalu bertambah chubby jadi aku harus mengubahnya lagi” Kata Kevin sambil menahan tawa mengingat masa lalu,
Eun Rim memberikan tatapan membunuh kepada Kevin dan reflex ia memukul lelaki itu dengan sendok ice cream, yang dipukul hanya meringis kesakitan,
“Ya! Seharusnya kau merasa bangga lukisanmu kupajang, banyak sekali yang memberi hadiah tapi hanya lukisanmu yang masih bertahan lama, dan ingat! Meskipun aku terlihat chubby tapi aku tetap cantik!” Kata Eun Rim dengan nada kesal,
“Hehehe… mianhae, aku kan hanya bercanda, gomawo chagi” Katanya dengan memberikan aegyo,
Eun Rim yang melihat itu merasa geli,
“Chagi? Sejak kapan kau memanggilku dengan sebutan menggelikan itu” Kata Eun Rim sambil tertawa,
Kevin hanya terdiam salah tingkah.
            Eun Rim membawa laptop dan setumpuk kertas dari kamarnya, ia menghampiri Kevin duduk disampinnya lalu menyandarkan kepalanya pada pundak Kevin, lelaki itu  melihat ke arah Eun Rim dengan tatapan kasihan,
“Kubilang apa, lebih baik kau berhenti kerja, sekarang baru tahu kan akibatnya”, Kata Kevin menasehati,
“Jika aku tidak bekerja, darimana aku dapat uang untuk biaya hidupku” Kata Eun Rim dengan wajah memelas,
“Itu… kan bisa dipirkan nanti” Kevin seperti akan berbicara sesuatu namun iya segera menutupinya,
“Kau bisa saja berbicara begitu, kau kan hanya tinggal duduk dikantor, menandatangani surat-surat, memerintah ini itu” Kata Eun Rim menggerutu,
Kevin hanya diam tidak bisa menjawab,
“Kau tidak tahu yang sebenarnya kualami” Kata Kevin dalam hati,
“Sudahlah, istirahat saja dulu sebentar” Kata Kevin kemudian mengusap kepala Eun Rim untuk menenangkannya,
            Setelah setengah jam Eun Rim bersandar di pundaknya,Kevin melihat ke arah Eun Rim, wanita itu sudah tertidur pulas, ia pun menggendong Eun Rim dan membawanya ke kamar dan menyelimutinya. Ia duduk dipinggir tempat tidur dan tersenyum melihat wanita itu tidur dengan nyaman,
“Belum saatnya kau bekerja keras seperti ini, tapi kau juga masih terlalu muda untuk menerimaku” Kata Kevin dengan suara seperti orang berbisik,
“Jaljayo …” Kata kevin berbisik pada telinga Eun Rim.
Kevin duduk di ruang tamu, ia melihat pekerjaan Eun Rim yang belum selesai, ia berniat membereksan pekerjaan itu, selama 3 jam ia hanya berkutat dengan laptop, karena rasa kantuk yang tak tertahankan, akhirnya ia tidur di sofa tanpa penghangat ruangan, padahal cuaca malam itu sangat dingin.
            Eun Rim terbangun dari tidurnya, ia melihat ke arah jam dan masih pukul 05.00, ia segera pergi ke kamar mandi, setelah selesai mandi ia memakai kaos putih dan celana tidur panjang dengan rambut yang tergerai bebas. Eun Rim pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, ketika ia melewati ruang TV ia melihat Kevin tengah tertidur di sofa dengan badan menggigil,
“Aigoo… Kevin-a, ireona!” Kata Eun Rim dengan nada khawatir,
Kevin terbangun dengan wajah sangat pucat,
“Semalam kau tak pulang? Kenapa kau tak mengambil selimut di dalam? Kau kan tidak kuat dengan cuaca yang dingin!” Eun Rim memberondong dengan banyak pertanyaan sambil mengecek suhu tubuh Kevin dengan tangannya,
“Aku tidak apa-apa, lagipula semalam kau sangat lelah” Kata Kevin sambil tersenyum agar Eun Rim sedikit tenang,
“Mianhae… kalau kau ingin memecat aku, pecat saja” Kata Eun Rim menyesal,
“Kalau aku ingin memecatmu mungkin sudah kulakukan dari dulu, semuanya sudah terjadi, yang harus kau lakukan kerjakan pekerjaanmu dengan baik, jangan selalu mengeluh, dan juga kau harus memperhatikan kesehatanmu, fighting!!!” Kata Kevin memberi semangat dengan mengepal tangannya dan terangkat ke atas,
Eun Rim tersenyum senang, ia pun ikut mengepalkan tangan dan mengangkatnya,
“Baiklah akan kusediakan air hangat untukmu mandi” Kata Eun Rim lalu beranjak pergi.
            Eun Rim sedang membuat sup hangat untuk mereka sarapan, ketika ia sedang memotong sayuran tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang mengikatkan rambutnya yang tergerai berantakan, Eun Rim pun menoleh ke belakang, pemilik tangan itu tersenyum,
“Aku takut rambutmu menghalangi pekerjanmu jadi aku membantumu mengikatnya” Kata Kevin memberi alasan,
“Kau hanya perlu duduk manis di ruang makan, sebentar lagi supnya matang” Kata Eun Rim untuk menghilangkan gugupnya,
Lelaki itu pun pergi meninggalkan dapur dan Eun Rim akhirnya bisa bernafas lega.
            “Bagaimana rasanya?” Tanya Eun Rim penasaran,
“Mashitta…” Kata Kevin sambil mengacungkan dua jempolnya,
“Ini sebagai rasa terimakasihku karena kau telah membantu menyelesaikan pekerjaanku”
Kevin hanya mengangguk mengerti.
Setelah selesai makan mereka bersiap-siap pergi ke kantor, ketika Eun Rim baru keluar dari kamar ia melihat Kevin sedang memakai dasinya, sepertinya lelaki itu kesusahan untuk memakainya,
“Biar kubantu” Kata Eun Rim kemudian mengambil alih memakaikan dasi,
Ketika sedang dipakaikan dasi, Kevin mengalihkan perhatiannya dengan melihat ke arah lain,
“Cha! Sudah selesai” Kata Eun Rim kemudian tersenyum puas melihat hasil ikatannya yang rapi,
“Ayo kita berangkat bersama” Kata Kevin kemudian meraih tangan Eun Rim,
“Ani… tidak baik kalau seorang karyawan semobil dengan bosnya” Kata Eun Rim mencari alasan,
“Tidak baik juga kalau seorang karyawan tidak mematuhi perintah bosnya, Kajja!” Kata Kevin yang ternyata punya alasan lain.
^^
            Tidak seperti biasanya pemilik Woo corporation datang ke kantor sepagi ini dan mengendarai mobil sendiri, para karyawan yang baru datang pun terheran-heran melihatnya, apalagi bos mereka datang bersama salah satu karyawan biasa di perusahaan itu. Eun Rim yang melihat suasana itu segera mencari jalan agar bisa segera sampai di ruangannya.
“Mianhae tuan, ada banyak pekerjaan yang harus segera kuselesaikan” Kata Eun Rim yang kini berbeda cara bicaranya,
Ia berjalan sedikit lebih mendahului Kevin, namun lelaki itu segera menarik tangan Eun Rim,
“Aku telah menyelesaikan semua pekerjaanmu, jadi sekarang aku ingin kau tetap berjalan bersamaku” Kata Kevin berbisik di telinga Eun Rim dengan sikap dinginnya,
Eun Rim terdiam menunduk pasrah dan mengikuti perintah bosnya,
“Sebentar lagi aku akan menghadapi penderitaan” Fikirnya gelisah,
            Eun Rim sedang sibuk berkutat dengan komputernya, tiba-tiba saja Min Ji datang mengagetkannya,
“Eun Rim-aaa! Tadi para karyawan di ruangan sebelah sibuk membicarakan dirimu dengan bos, apakah kalian berdua pacaran?” Tanya Min Ji penasaran,
Eun Rim menoleh kaget ke arah Min Ji, namun ia segera menutupi mimik wajahnya dengan tenang agar temannya tidak bertambah curiga,
“Ani… tadi aku bertemu dengan dia di jalan, dan dia menawarkan tumpangan, aku tidak enak untuk menolaknya” Katanya sambil berpura-pura fokus pada layar komputer,
“Baiklah… karena kau biasa berkata benar aku percaya, tadinya aku berharap berita ini adalah berita sungguhan” kata Min Ji dengan sedikit kecewa,
“Sangat tidak mungkin seorang wanita biasa sepertiku akan memiliki hubungan spesial dengan lelaki seperti tuan Woo” Kata Eun Rim mencoba meyakinkan temannya,
Eun Rim tidak menyadari jika sedari tadi Kevin tengah mendengar pembicaraan itu,
Kevin hanya menunduk dengan raut wajah kecewa.
           
“Brakk!!!” Kevin menggebrak meja dengan muka kesal,
“Sudah berapa tahun kalian bekerja disini? Membuat laporan begini saja tidak bisa!”
Semua karyawannya hanya menunduk ketakutan, ia kemudian menarik nafas mencoba untuk menenangkan diri,
“Kalian bisa melihat hasil laporan yang benar pada nona Park” Kata Kevin sambil memperlihatkan laporan milik Eun Rim,
Semua pasang mata yang ada di ruangan itu melihat ke arah Eun Rim dengan tidak percaya,
“Bukannya dia yang mengerjakan laporanku semalam” Kata Eun Rim dalam hati,
Eun Rim memberikan tatapan membunuhnya pada Kevin, namun lelaki itu menatapnya balik tanpa ekspresi.
“Setelah jam makan siang nanti kalian akan diberi tugas untuk membantu mengurus perusahaan-perusahaan yang masih menjadi milik Woo Corporation, sebagian dari perusahaan itu bukan hanya dimiliki oleh Woo Corporation, namun pemegang saham terbesar tetap berada di tangan Woo Corporation” Kata Kevin lalu pergi meninggalkan ruangan meeting setelah menutup acara itu.
            Eun Rim baru saja sampai di ruang kerjanya setelah selesai santap siang, ia melihat amplop coklat tergeletak di meja kerjanya,
“Ini pasti surat tugas itu, semoga aku di tempatkan di perusahaan stasiun televisi” Harapnya,
Namun ketika ia membaca surat itu harapannya hilang, ia malah di tempatkan menjadi manager sebuah hotel,
“Ya! Apa-apaan ini aku ditempatkan menjadi manager hotel? Dia kan tahu aku tidak pandai dalam bidang ini” Katanya kesal,
Eun Rim segera pergi ke ruangan bosnya itu, setelah sampai di depan pintu ruangan Kevin tanpa permisi ia langsung membuka pintu,
“Ya! Dimana bo…” Eun Rim berhenti bicara karena melihat orang lain di ruangan itu,
Ternyata orang itu adalah ayah Kevin,
“Bonsai yang baru saja kupesan, mereka salah mengantarkan pesanan dan malah sampai di ruangan ini, mianhae… karena aku telah tiba-tiba masuk” Kata Eun Rim kemudian membungkukan badan dan memberi hormat,
“Untung saja aku tidak selesai berkata ‘bocah tengik’” Katanya dalam hati,
Kevin dan Ayahnya masih diam karena tidak mengerti, lalu Kevin memberi isyarat pada Eun Rim seperti menanyakan ‘Mau apa kau datang ke sini’,
“Bukankah kau Eun Rim putri tuan Park?” Tanya Ayah Kevin mencoba mengingat-ingat,
“Ne, Annyeonghaseyo Tuan Woo” Kata Eun Rim kemudian membungkuk lagi,
“Tidak usah canggung begitu, sudah lama aku tidak bertemu denganmu, sayang sekali aku tidak bisa berlama-lama disini” Kata Tuan Woo lalu bangkit dari duduknya,
“Jaga dia baik-baik, ingat janjimu dulu” Bisik Tuan Woo pada anaknya,
Kevin hanya menganggukan kepala dan mengacungkan jempol kanannya, Eun Rim yang melihat itu hanya memasang ekspresi wajah tidak mengerti,
Setelah Tuan Woo berpamitan dan pergi meninggalkan ruangan itu, Eun Rim menghampiri Kevin dan memukul kepala lelaki itu,
“Ah… sakit tahu!” Kata Kevin lalu mengelus-elus kepalanya,
“Salahmu! Kau kan tahu aku tidak mengerti dengan bisnis seperti itu, tapi malah kau tempatkan di bagian itu” Kata Eun Rim masih dengan muka kesalnya,
Kevin yang mengerti permasalahannya malah tertawa terbahak-bahak dan membuat Eun Rim semakin kesal, akhirnya wanita itu menginjak kaki Kevin dengan kencangnya,
“Ya! Berhenti menyiksaku” Kata Kevin yang akhirnya ikut kesal juga,
“Aku tahu kau tidak berbakat dalam bidang itu, makanya aku menempatkanmu disana supaya kau bisa dan dapat pengalaman, dan satu lagi, aku tidak menerima penolakan, kau kan sudah berjanji akan menerima segala resiko dalam pekerjaanmu” Kata Kevin menjelaskan,
“Tapi tidak seperti ini juga, ah sudahlah! Berbicara denganmu membuang-buang energiku saja” Kata Eun Rim lalu pergi meninggalkan ruangan itu,
Kevin hanya membiarkan wanita itu pergi, ia lalu duduk dan memjijit kepalanya yang pening,
“Aku sengaja menempatkanmu di sana agar kita bisa mengumpulkan bukti penyebab kematian orangtuamu, dan semoga kau segera berhenti bekerja karena kau tidak tahu betapa kejamnya dunia bisnis itu, bahkan itulah yang mengancam keselamat keluargamu dulu” Fikir Kevin,
Kevin masih mengingat betul kejadian yang merenggut nyawa orangtua Eun Rim, itu karena persaingan antara perusahaan tuan Kim dan tuan Park, perusahaan tuan Park memenangkan tender proyek sebuah hotel dan mengelola hotel itu, yang akhirnya tuan Kim yang kalah persaingan merencanakan untuk membunuh tuan park, namun polisi hanya tahu bahwa penyebab kematian itu akibat kecelakaan tunggal. Keluarga Woo adalah teman dekat keluarga Park, dan keluarga Woo tahu akan semua rencana itu, maka dari itu keluarga Woo berusaha untuk membongkar kejahatan tuan Kim dan melindungi putri semata wayang tuan Park dari sasaran kejahatan tuan Kim selanjutnya. Tapi satu-satunya cara agar masalah ini selesai dengan Eun Rim bekerja di hotel yang sekarang di urus oleh tuan Kim, karena hanya Eun Rim yang mengetahui semua tentang ayahnya. Untuk melancarkan rencana itu, Kevin sudah menanam saham di hotel itu, meski yang mengurus hotel itu masih tuan Kim, tapi Kevinlah yang lebih berkuasa atas hotel itu. Kevin sengaja menyerahkan urusan hotel itu kepada tuan Kim, agar rencananya untuk mendapatkan bukti kasus meninggalnya ayah Eun Rim dulu dapat segera selesai.
            Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 KST, para karyawan di Woo corporation sudah banyak yang pulang, hanya tersisa beberapa orang termasuk Eun Rim dan Kevin. Bunyi klakson mobil Kevin mengagetkan Eun Rim yang sedang berjalan kaki menuju halte bus,
“Ayo naik” Kata Kevin ramah seolah siang tadi tidak terjadi apa-apa,
Wanita itu hanya menoleh malas dan berniat melanjutkan langkah kakinnya, namun tiba-tiba saja lelaki itu keluar dari mobil dan menarik masuk Eun Rim ke dalam mobil,
“Kenapa kau selalu memaksakan kehendakmu! Aku bilang tidak ya tidak! Lagipula ini sudah waktunya pulang jadi kau tidak berhak mengaturku…” Eun Rim menghentikan perkataan karena Kevin menyerahkan sebuah kertas berisi informasi akan diadakannya sebuah festival untuk melihat pesta kembang api di dekat sungai Han,
“Kecuali untuk hal ini, kajja kita berangkat!” Kata Eun Rim semangat,
Kevin mengendarai mobil sambil tersenyum menahan tawanya melihat tingkah Eun Rim,
“Jika urusan kembang api kau tidak pernah protes” Kata Kevin dalam hati.
            Mereka menunggu pesta kembang api di sungai han sambil memakan ice cream,
“Cuaca sedingin ini kita malah makan ice cream” Kata Eun Rim sambil tetap sibuk memakan ice creamnya,
“Ini lebih baik, daripada kita menunggu selama 2 jam hanya dengan diam” Timpal Kevin,
“2 jam?! Kalau begitu kenapa kita tidak pulang ke rumah dulu” Keluh Eun Rim,
“Kau sendiri kan yang mengajakku segera ke sini, jadi aku tidak sempat memberi tahu waktunya padamu” Bela Kevin,
Eun Rim hanya mempoutkan bibirnya kesal, akhirnya mereka hanya duduk-duduk di rumput taman yang berada tepat di pinggir sungai han.
“Waktunya masih 1 jam lagi, lalu kita bagaimana?” Tanya Eun Rim bingung,
“Tidur saja” Kata Kevin asal,
Lelaki itu membaringkan tubuhnya dan menggunakan tangannya sebagai sandaran kepalanya,
“Kau juga lebih baik tidur” Kata Kevin pada Eun Rim yang bingung akan tingkah sahabatnya ini,
Akhirnya Eun Rim pun mengikuti saran Kevin, ia ikut tidur dengan sebelah tangan kevin sebagai sandaran kepalanya. Mereka hanya terdiam sambil menatap indahnya langit malam.
“Kau tahu alasanku tidak ingin bertugas di hotel itu?” Tanya Eun Rim memulai obrolannya,
“Apa?” Tanya Kevin tanpa melihat ke arah Eun Rim,
“Dulu sebelum ayahku meninggal, ia sedang mengurusi proyek pembangunan hotel dan akan mengurus hotel itu, aku tahu ia mempunyai saingan yang ingin mengambil proyek itu juga, dan aku tahu itu semua penyebab kematian ayahku. Tapi waktu itu aku tidak mungkin memberi tahu kepada orang lain apa sebenarnya dibalik penyebab kematian orangtuaku, karena pasti mereka hanya menganggapku anak kecil yang sedang mengigau. Aku sengaja bekerja di perusahaanmu karena aku juga ingin mencari tahu siapa orang itu, meskipun sebenarnya aku ingin bekerja di stasiun televisi menjadi reporter atau pembawa berita.Tetapi lama kelamaan aku mulai lelah, mungkin akan menyerah untuk mencari bukti kebenaran itu dan mencoba untuk  memaafkannya” Kata Eun Rim lalu terdiam mencoba menenangkan diri karena airmatanya mulai menetes,
Kevin mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap Eun Rim, ia menggunakan tangan yang tadi dipakainya menjadi sandaran kepalanya untuk menghapus airmata Eun Rim,
“Tapi aku dan keluargaku tidak akan pernah memaafkan itu… Uljima…” Katanya mencoba untuk menenanagkan wanita itu,
“Maafkan aku karena telah memasukanmu ke dalam perusahaan itu, mungkin saja jika kau bekerja di hotel itu kau bisa mencari penyebab kematian ayahmu, tapi kau juga harus berhati-hati karena aku takut ada orang yang menjadikanmu sebagai sasaran selanjutnya” Kata Kevin memberi saran,
Eun Rim menganggukan kepala tanda mengerti. Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam, sampai ada suara yang mengganggu ketenangan itu,
“Haattcciim!...” Itu adalah suara bersin Kevin, dan setelah itu ia bersin terus menerus,
Eun Rim melihat malas ke arah Kevin, ia lalu berdiri dan menarik tangan Kevin agar ia ikut berdiri,
“Ayo kita pulang, kau pasti kedinginan” Kata Eun Rim khawatir,
“Tidak, ini bukan karena alergiku kambuh, tadi aku hanya ingin bersin saja, lagipula kita kan belum melihat kembang apinya” Kata Kevin sambil mencoba menahan bersinnya,
“Aku sudah tidak tertarik lagi, ini sudah larut malam, kajja!” Kata Eun Rim lalu pergi mendahului Kevin,
Namun tiba-tiba saja sebuah tangan menarik tangan kanan Eun Rim dan memeluknya dari belakang,
“Ommo!” Pekik wanita itu kaget,
“Aku tahu kau berbohong” Bisik Kevin di telinga Eun Rim,
Eun Rim hanya menundukan kepala dan terdiam,
“Lepaskan tanganmu” Kata Eun Rim pelan,
“Kau bilang aku kedinginan, ini sudah membuatku hangat, begini saja walau sebentar” Kata Kevin lalu menyandarkan kepalanya di pundak Eun Rim,
Tepat saat itu, kembang api menyala dan meluncur di udara dengan indahnya, mereka hanya terdiam merasa takjub dengan apa yang mereka lihat,
“Gomawo… “ Kata Eun Rim sambil tersenyum bahagia pada Kevin,
“Untuk apa?” Tanya Kevin bingung,
“Untuk semuanya, karena kau telah menjadi kakakku, sahabatku, dan bos yang menyebalkan” Kata Eun Rim lalu tertawa untuk menghentikan air matanya yang sudah mengalir,
Kevin hanya menganggukan kepala tanda mengerti,
“Jangan pernah berfikir kau hanya seorang diri di dunia ini, karena kau masih punya aku” kata Kevin lalu menghapus air mata Eun Rim.
Flashback off
^^
            Eun Rim menghela nafas, ia lalu menutup buku diary nya dan mencoba menenangkan hatinya. Eun Rim melihat jam tangannya, 5 menit lagi ia akan sampai di tujuannya, setelah itu ia masih harus naik mobil agar bisa sampai di bandara.
            Setelah sampai di bandara ia melihat jadwal keberangkatan, ternyata pesawatnya baru akan berangkat 3 jam lagi, karena tidak ada teman mengobrol, akhirnya ia duduk duang tunggu dan membuka lagi diary nya, ia melanjutkan lagi bacaannya yang tadi tertunda, Eun Rim tertegun melihat tulisannya seminggu yang lalu,
Aku hanya bisa menangis seperti ini karena aku frustasi
Aku hanya bisa menangis seperti ini karena aku sangat marah
Apa yang harus aku lakukan ?
Aku akan mencoba tersenyum , aku akan berusaha melupakanmu , aku berjanji akan hidup dengan bahagia
Flashback on
            Hari hari terus berlalu, tak terasa Eun Rim sudah mengurusi hotel itu selama hampir 3 bulan, awalnya semua baik-baik saja, namun apa yang di takutkan Kevin dan keluarganya terjadi. Eun Rim memang sudah mendapatkan bukti untuk membawa tuan Kim ke polisi, tapi disaat bersamaan keselamatannya mulai terancam, dan Tuan Kim menyuruh sebagian orang-orang yang bekerja di hotel itu untuk  mencelakai Eun Rim.
            Kevin hanya terdiam sambil menigepalkan tangannya di atas meja kerja ketika mendengar semua informasi tentang Eun Rim dari suruhannya,
“Cari orang-orang yang terlibat dalam kasus ini dan segera buat surat pemecatan untuk mereka!” Kata Kevin dengan marahnya.
Setelah orang suruhannya pergi, kevin melempar semua barang yang ada dimejanya,
“Jika kau masih berulah untuk yang satu ini, aku duluan yang akan membunuhmu” Fikir Kevin.
            Esoknya Eun Rim sangat terkejut mendengar berita pemecatan sebagian karyawan itu, tanpa berfikir panjang ia segera pergi kantor tempat Kevin bekerja. Eun Rim memasuki ruangan lelaki itu tanpa permisi dan menutup pintu dengan kasar, ia memukul meja kerja dengan sangat keras.
“Mengapa kau tiba-tiba memecat karyawan di hotel itu? Mereka mempunyai keluarga, kau tidak pernah berfikir mereka akan makan darimana? Mereka berbeda denganmu yang hanya tinggal duduk dan menandatangani laporan tidak usah berlelah-lelah bekerja…” Kata-kata Eun Rim terpotong oleh Kevin,
“Aku melakukan ini semua punya alasan, dan ini pilhan terbaik, aku juga sudah memberi mereka pesangon agar mereka punya cadangan sebelum mendapatkan pekerjaan lain” Kata Kevin tegas,
“Alasannya apa? Kenapa kau tidak menjelaskannya dulu padaku? Menurutku ini bukan plihan terbaik, kau mengambil keputusan ketika kau sedang emosi, dan pilihnmu selalu tidak tepat” Kata Eun Rim merendahkan,
“Kau tidak akan mengerti!  Karena kau hanya melihat orang dari sisi baiknya saja dan melupakan sisi buruknya, padahal itu semua sangat membahayakanmu, dan ini perusahaanku, aku bebas melakukan apapun” Kata Kevin sedikit emosi mendengar dirinya direndahkan,
“Jadi selama ini kau menganggapku apa? Mengapa aku tidak mengerti jalan fikiranmu?” Kata Eun Rim bingung,
Kevin terdiam lalu melihat ke jendela ruangannya,
“Kau karyawanku dan aku bosmu” Kata Kevin dingin,
“Oh! Baiklah tuan Kevin Woo terhormat, aku juga bisa mengambil keputusan dengan cepat, mulai saat ini aku berhenti bekerja dari perusahaanmu! Permisi” Kata Eun Rim lalu meninggalkan ruangan itu.
Kevin hanya terdiam mendengar perkataan Eun Rim, ia lalu duduk dan mencoba menenangkan diri.
“Sudah lama aku menunggu keputusanmu, dengan begini aku bisa mennyelesaikan penyebab kematian orangtuamu dengan cepat” Kata Kevin mencoba mengambil sisi positifnya.
Setelah tiga hari berhenti bekerja, Eun Rim mendapat tawaran pekerjaan di sebuah stasiun televisi terkenal di Amerika. Tanpa berfikir panjang ia akhirnya mengambil tawaran itu.
Flashback off
^^
Aku sangat bodoh, amat bodoh
Bahkan hari ini aku merindukanmu dengan penuh air mata
Kevin POV
            Sudah lebih dari 3 hari aku tidak tahu tentang keberadaan Eun Rim, karena terlalu sibuk mengurus kasus orangtuanya. akhirnya aku menyengajakan diri pergi ke ruangan tempatnya bekerja. Hampir tidak ada apa-apa dalam ruangan ini, aku hanya duduk di tempat ia ia biasa gunakan untuk bekerja, aku menyandarkan kepala di kursi kerjanya,
“Ahh… semua ini sangat melelahkan”
Aku melihat salah satu karyawanku, Seulong membuka pintu ruangan Eun Rim dan membawa sebuah dus kecil.
Author POV
“Hai… aku tadi tidak sengaja melihat ke ruangan ini dan kebetulan kau ada di sini, ini untukmu ada yang menitipkannya padaku” Kata Seulong lalu menyerahkan barang itu pada Kevin,
Mereka memang berteman sejak kecil, meskipun Seulong menjadi karyawannya, sebenarnya ia adalah anak pemilik perusahaan otomotif terkenal, ia sengaja bekerja di perusahaan Kevin agar nanti lebih siap memegang jabatan ketika ayahnya pensiun.
“Apa ini?” Kata Kevin bingung,
“Kau lihat saja, aku pergi dulu ya” Kata Seulong lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Kevin membuka dus itu dengan malas, ia terkejut ternyata isinya adalah sebuah lukisan dan sebuah surat, ia segera membaca surat itu,
Bagaimana perjalananmu menuju kantor hari ini?
Bagaimana kabarmu di cuaca yang mulai menghangat ini?
Biasanya kau mudah sekali terkena flu.

Kalau aku, pagi ini aku sangat sibuk.
Aku membereskan barang-barangku,
karena aku akan pindah dari rumah yang sudah tiga tahun aku tempati.
Aku masih ingat kenangan-kenangan kita di rumah ini.
Rasanya seperti baru kemarin.

Karena kamu aku bisa menangis dan tertawa setiap harinya.
Setiap hari hatiku gelisah
Tapi tak apa, sungguh tak apa, aku tak keberatan.
Aku hanya perlu melupakan segalanya.
Kenangan-kenangan itu, semuanya.

Park Eun Rim

Kevin masih tak percaya Eun Rim akan benar-benar pergi meninggalkannya,
“Neomu babo!” Teriaknya sambil memukul meja kerja itu,
Ia tidak menyadari darah segar mengalir dari jari-jarinya, ia segera pergi ke ruangan Seulong untuk meminta kejelasan.
Flashback on
“Kau benar-benar akan pergi ke Amerika?” Tanya Seulong tak percaya,
“Ya, mungkin sore nanti aku akan berangkat” Jawab Eun Rim dengan tatapan mata kosong,
“Apakah kau disana ada keluarga atau orang yang di kenal? Aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri,kau masih menjadi tanggung jawabku” Kata Seulong khawatir,
Eun Rim hanya menjawab dengan gelengan kepalanya,
“Aku bisa menjaga diriku, aku titip ini untuk Kevin ya” Kata Eun Rim lalu memberikan sebuah dus kecil,
“Kau tidak memberikannya langsung? Kalian bertengkar ya? Pasti dia belum tahu tentang kepindahanmu ini” Curiga Seulong,
Eu Rim memutar matanya malas,
“Nanti dia juga tahu, lagipula dia sedang sibuk”
“Ya… berdo’a saja semoga aku tidak kena amarahnya” Harap Seulong,
Eun Rim hanya tersenyum sekilas,
“Aku pamit dulu ya, salam untuk Eomma dan Appa mu” Kata Eun Rim lalu berpamitan pulang.
Flashback off
            Kevin hanya mendengar cerita Seulong dengan tatapan mata kosong,
“Kau mencintainya kan?” Tanya Seulong hati-hati,
Kevin hanya menganggukan kepala, ia lalu mengeluarkan sebuah kotak cincin dari saku jasnya,
“Sebenarnya aku akan melamarnya hari ini, tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi” Kata Kevin kecewa,
Seulong memijit kepalanya karena pusing dengan dua sahabatnya itu,
“Dari dulu aku tidak pernah mengerti hubungan kalian, seperti sahabat tapi terlalu dekat, pacaran juga tidak” Kata Seulong,
Kevin hanya tersenyum miris mendengar perkataan sahabatnya,
“Sebenarnya aku memang sudah melamar Eun Rim sebelum orangtuanya tiada, tapi Eun Rim tidak mengetahui hal ini karena ia masih kuliah dan orangtuanya sengaja akan memberi tahunya jika ia telah siap menikah, ketika orangtuanya tiada aku berniat segera menikahinya karena aku khawatir tidak ada yang menjaganya, tapi orangtuaku melarang dengan alasan kami masih terlalu muda. Tapi setelah lulus kuliah ia malah masuk perusahaanku, aku tidak bisa menolaknya karena dia juga merasa tidak nyaman jika terlalu bergantung pada orang lain, akhirnya aku hanya bisa menunggunya untuk keluar dari perusahaan ini dengan sendirinya. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya lelah bekerja, tapi aku juga tidak tega memecatnya, maka dari itu aku selalu menyempatkan menginap di rumahnya untuk membantunya mengerjakan tugas kantor. Tapi setelah ia keluar dari perusahaan ini, ia malah tak mengabariku dan pergi entak kemana.” Cerita Kevin,
“Kenapa kau tidak menyusulnya ke bandara” Saran Seulong karena kasihan mendengar cerita sahabatnya,
Kevin mengangguk setuju, tapi otaknya belum juga mencerna kalimat itu,
“Berapa jam lagi ia berangkat?” Tanya Kevin lalu terdiam memikirkan sesuatu,
“Mungkin setengah jam lagi” Kata Seulong santai,
Mereka berdua lalu diam termenung, tiba-tiba Kevin baru menyadari maksud obrolannya tadi,
“Setenagh jam?! Amerika?!” Katanya berteriak,
“Ikut aku” Kata Kevin tiba-tiba,
“Ya! Aku tidak di gaji untuk ini” Teriak Seulong kesal,
Kevin segera menarik tangan Seulong untuk pergi menemaninya ke bandara.
            Kevin mengendarai mobil seperti seorang buronan polisi, Seulong yang duduk di sebelahnya bahkan sudah pasrah dengan semuahal buruk yang akan terjadi,
“Ya ya ya! Aku tidak ingin mati dulu, Sunyoung sedang mengandung anakku” Teriak Seulong pada Kevin,
“Kau sudah menikah?” Tanya Kevin tak percaya,
“Belum, mungkin 6 bulan lagi” Kata Seulong malu,
“Michi…” Umpat Kevin pada sahabatnya.
            Eun Rim menutup buku diary nya, ia menghapus air matanya karena terlalu lelah mengingat semua kenangan itu, ia mencoba untuk menghibur diri,
“Nan gwenchana…” Katanya lalu tersenyum,
Ia mendengar pengumuman keberangkatan untuk pesawat tujuannya, Eun Rim pun berdiri dan membawa kopernya, ia segera pergi untuk menyimpan kopernya dan masuk ke dalam cabin pesawat.
            Kevin berlari dengan cepat dari parkiran bandara menuju ruang tunggu, namun ia tidak melihat Eu Rim disana, setelah menanyakan kepada petugas bagian informasi, ternyata pesawat tujuan New York baru saja take off. Akhirnya ia menyerah dengan keadaan dan pergi meninggalkan keramaian, ia terduduk dilantai sambil menundukan kepala, air matanya mulai mengalir deras, ia masih tidak percaya dengan semua ini, ia pun mengambil cincin itu di sakunya dan menatap cincin itu sangat lama, ketika memegang cincin ia baru menyadari ada darah yang sudah mengering di jari-jarinya.
Apa yang harus kulakukan? Jangan pergi seperti ini
Jika kau pergi, mungkin aku bisa mati
Aku benar-benar menangis karena frustasi
Aku benar-benar menangis karena membenci diriku sendiri,
Apa yang harus kulakukan?
            Eun Rim sedang berada di pesawat dan mencoba untuk tidur, namun fikirannya selalu gelisah, ia akhirnya membuka diarynya lagi dan menulis sesuatu.
Aku pernah membayangkan kalau kau dan aku akan tinggal di rumah itu.
Kita berdua, dengan penuh cinta, bersama-sama.

Di masa depan nanti, jika aku mengingat masa ini.
Kurasa aku akan mampu berkata kalau aku sangat mencintaimu.