Tittle/judul fanfic: Nan gwenchana
Author: Do eun rim
Length: oneshoot
Cast : Kevin UKISS, Park Eun Rim (OC), Seulong, Dll.
Genre: Romance, sad ending
Disclaimer: ini ff terabsurd dan typo bertebaran dimana-mana, semoga anda senang membacanya :)
Hari
itu matahari bersinar cerah
Itu
adalah hari saat aku mulai mencintaimu
Aku
sangat bahagia bisa mencintaimu
Tapi
sekarang semua itu sudah berakhir, benar-benar berakhir, hatiku sakit
Aku
tidak tahu apa yang harus kulakukan , aku masih tidak bisa melupakanmu
Semoga
kamu tidak menyeseli ini karena aku akan melupakan mu
Bahkan
jika aku seperti orang bodoh , aku akan melupakanmu
Aku
akan berjanji pada diriku sendiri untuk melupakanmu meskipun itu sulit
Meskipun
nanti aku akan memikirkanmu lagi
^^
Eun
Rim POV
Aku menutup buku diary yang berwarna
pink bergambar pohon cherry blossom yang berdiri kokoh dan sedang berguguran
daunnya, di bawah pohon itu ada seorang wanita yang sedang bersandar pada pohon
dan membaca sebuah buku. Aku menatap buku diary itu sambil menopang dagu dengan
kedua tanganku. Sesaat kutarik nafas untuk menghilangkan rasa lelah, acara
berkemas barang yang sedari subuh aku kerjakan dan tanpa bantuan siapa pun
membuatku sangat lelah. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 08.00
KST, biasanya pagi-pagi sekali aku sudah bersiap ke kantor, tapi berbeda dengan
hari ini, atau mungkin hari-hariku berikutnya karena aku akan pindah ke
Amerika, memulai kehidupan baru, pekerjaan baru, dan teman-teman yang baru.
Kugenggam ponselku dan mengecek
message dari temen-teman, isi pesan mereka pasti hampir sama,
Chukkaeyo
Eun Rim-a! semoga kau nyaman bekerja di tempat yang baru.
Jangan
lupakan kami yaa, sekali-kali pulanglah ke Korea, kami pasti akan sangat
merindukanmu…
Aku pun hanya membalas dengan
jawaban yang hampir sama pula,
Gomaptaa…
aku juga pasti akan sangat merinduan kalian, do’akan aku ya!
Sebenarnya
aku sedikit kecewa ketika mengecek message dari teman-teman, pesan yang paling
aku tunggu-tunggu bukanlah dari mereka, tapi dari sahabatku.
“Sahabat? Bisa jadi ya atau tidak,
bagiku dia lebih dari sekedar sahabat, entah dia menganggapku lebih dari itu
atau tidak, ahh… aku terlalu lelah dengan semua itu, memainkan peran
bersandiwara dalam kehidupan nyata sungguh sangat melelahkan”
Aku berniat untuk menghubunginya
terlebih dahulu, tapi ketika panggilan di ponselku sudah tersambung tiba-tiba
saja jariku bergerak untuk memutuskan sambungan telepon itu,
“Mungkin dia sedang sibuk”
Aku menyimpan ponsel di saku celanaku,
“Sibuk?”
Mungkin kata-kata itu hanya bagian
dari sandiwaraku untuk mengobati hatiku sendiri. Aku melihat barang-barang yang
masih belum dikemas, mataku tertuju pada sebuah benda yang tertempel di dinding
dan belum kumasukan ke dalam dus, benda itu adalah lukisan wajah seorang wanita
yang sedang tersenyum, menurut si pembuatnya wanita yang ada di lukisan itu
aku, ia memberikannya padaku ketika aku berulang tahun yang ke 17, dengan berat
hati aku memasukan lukisan itu ke dalam dus kecil,
“Mungkin kutitipkan saja pada
Seulong” Fikirku ketika akan memasukkan benda itu.
^^
Author
POV
Lelaki
yang memakai jas dan dasi hitam seperti pekerja kantoran kebanyakan itu segera
turun dari mobil didampingi assistant pribadinya, petugas kemanan yang berada
di kantor itu dengan cekatan membukakan pintu mobil dan membungkuk untuk
memberi hormat padanya. Meski pakaiannya sederhana siapa sangka ia adalah
pemilik Woo Corporation, sebuah perusahaan besar yang bergerak hampir di segala
bidang seperti otomotif, tekstil, dan hiburan, bahkan hotel-hotel dan pusat
perbelanjaan yang ada di Seoul hampir semuanya milik perusahaan itu. Lelaki itu
mempunyi mata yang indah dan menyejukkan, dengan postur badan yang ideal
membuat wanita mana pun tertarik padanya, apalagi jika ia tersenyum. Namun, sikapnya
yang selalu dingin kepada siapa pun membuat semua keistimewaan itu seperti
tertutupi.
Tenggang waktu untuk memulai meeting
tinggal 10 menit lagi, sementara meeting dilaksanakan di lantai 11. Lelaki itu
menuju lift dengan langkah tergesa-gesa.
“Tolong cek berkas-berkasnya apakah
ada yang tertinggal” Perintahnya dengan sikap dingin seperti biasanya.
“Sudah sajang-nim” Kata assistantnya
dengan patuhnya.
Setelah keluar dari lift ia segera
memasuki ruangan meeting, semua orang yang ada di ruangan itu segera berdiri
dan membungkuk sebagai tanda hormat, ia hanya membalas dengan anggukan dan
segera duduk,
“Maaf atas keterlambatannya, baiklah
kita mulai saja meeting ini” Perintahnya masih dengan sikap dinginnya.
Kevin
POV
Aku memperhatikan orang yang ada di
depan untuk mempresentasikan laporannya dengan sesekali melirik kearah
orang-orang yang ada diruangan itu,
“Biasanya ia selalu duduk di sana
dengan sorot mata yang tajam jika aku ketahuan melihatnya”
Aku menahan tawa mengingat
kebiasannya dulu.
Setelah
selesai meeting, aku berniat untuk menghubungi seseorang, tetapi assistantku
mengingatkanku untuk segera pergi ke acara berikutnya,
“Ah…sial!” Umpatku sambil melangkah
dengan malasnya menuju mobil.
^^
Eun
Rim POV
Aku
baru saja pulang dari rumah Seulong untuk menitipkan sebuah bingkisan dan mengucapkan
salam perpisahan,dia adalah anak dari teman ayahku dan kami bekerja di kantor
yang sama, karena ayah dna ibuku sudah tiada, dia sudah menganggapku seperti
adiknya sendiri. Setelah bersiap-siap dan
memakai sepatu, aku membawa koper ke ruang tamu. Aku terdiam sesaat
untuk melihat sekeliling rumahku, rumah sederhana yang menyimpan berjuta
kenangan, aku tersenyum getir melihatnya, sangat berat rasanya untuk
meninggalkan semua kenangan ini. Barang-barang yang sudah dikemas sengaja aku
tinggalkan untuk nanti dipindahkan ke rumah orangtuaku dulu di Gyeonggi, aku
hanya membawa satu koper besar dengan tas ransel, lagipula ketika aku sampai di
Amerika barang-barang di rumah baruku sudah di sediakan.
“Selamat tinggal…” Ucapku pada rumah
kenangan itu.
^^
Untuk
menuju airport aku menggunakan kereta bawah tanah untuk menghemat biaya perjalanan.
Perjalanan menuju kesana menghabiskan waktu sekitar 2 jam, untuk mengobati rasa
bosan aku membuka diary ku, aku membaca lembaran demi lembaran dalam buku itu,
aku tersenyum geli melihat tulisan-tulisanku dulu, pada lembar berikutnya aku
terdiam membaca kata demi kata dalam tulisan tersebut,
Karenamu
aku bisa menangis dan tertawa setiap harinya
Setiap
hari hatiku gelisah, tak pernah tenang
Tapi
tak apa, sungguh tak apa, aku tak keberatan
Aku
hanya perlu melupakan segalanya, meninggalkan semuanya disini
Kenangan-kenangan
itu, semuanya
Kenangan
itu masih tersimpan rapi disini
Awalnya,
kupikir aku tidak bergantung padamu
Tapi,
ketika mengingat kenangan itu
Tiba-tiba
saja air mataku turun dengan sendirinya
Apa
yang harus kulakukan terhadap setiap kenangan itu?
Kenangan
yang masih jelas di ingatanku…
Author
POV
Flashback
on
Eun Rim sedang berkutat di dapur
dengan bahan-bahan masakan yang baru dibelinya, ia akan membuat dakjuk, makanan
favorite Kevin, Dakjuk
dibuat dari daging ayam yang direbus dalam air dicampur dengan bawang merah dan
bawang putih, Kemudian ditambahkan nasi dan dimasak sampai daging ayam matang.
Hasilnya, seperti bubur yang sangat kental, kaya akan daging ayam dan rasa
bawang putih. Ketika ia membuka tutup panci, wangi khas dakjuk menusuk indra
penciuman, membuat siapa saja tidak sabar untuk menyantapnya. Eun Rim mengambil
ponsel di sakunya, ia segera mengangkat telepon dan meletakan di dekat telinga
lalu dijepit dengan pundaknya, sementara kedua tangannya sibuk memasak.
“Ya!
Kau dimana? Makanannya sudah hampir jadi” Katanya sedikit membentak kepada
orang yang ada di sebrang telepon,
Eun
Rim terdiam mendengar penjelasan dari si penelepon dan memasang muka malas,
“Baiklah,
kutunggu 30 menit lagi” Katanya dengan nada kecewa.
Setelah
menutup telepon, ia kembali fokus dengan masakannya.
30 menit kemudian…
Eun
Rim menonton tv dengan malasnya sambil sesekali melihat ke arah jam dinding,
“Awas
saja jika dia tak datang, akan kujadikan dia makanan penutup yang lezat!”
Katanya dengan raut wajah kesal.
Tiba-tiba
saja ada seseorang yang membunyikan bel rumahnya, ia pun segera menghampiri
pintu, namun, sebelum pintu itu akan dibuka oleh Eun Rim, orang itu sudah masuk
duluan dan merapikan sepatunya,
“Ya!
Untuk apa kau mengetuk pintu kalau bisa masuk sendiri” Katanya dengan wajah
ketus,
Lelaki
itu tersenyum tanpa merasa bersalah, senyum yang jarang ia perlihatkan pada
orang lain,
“Aku
kan bebas berkehendak semauku, kau tahu kan aku siapa?” Katanya sedikit
menyombongkan diri,
Eun
Rim memutar matanya malas,
“Kau
tuan Kevin Woo pemilik perusahaan Woo corporation”
Kevin
tertawa geli karena berhasil membuat Eun Rim kesal,
“Mianhae,
tadi ada banyak sekali pertemuan yang harus kuhadiri” Kata Kevin meminta maaf,
“Hmm…
aku tahu itu, ayo makan! Aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu” Kata Eun rim
kemudian menarik tangan Kevin untuk mengikutinya.
Kevin memakan Dakjuk dengan
lahapnya, Eun Rim hanya memperhatikan Kevin dengan muka kasihannya,
“Sudah berapa hari kau tak makan?”
Tanya Eun Rim karena miris melihat cara makan Kevin,
Kevin terdiam dan menatap Eun Rim
dengan wajah polosnya, ia kemudian melihat ke atas seperti mengingat sesuatu,
“Mungkin 2 hari” Katanya kemudian
melanjutkan makannya lagi,
Eun Rim yang melihatnya hanya
menggelengkan kepala.
“Kau tak makan?” Tanya Kevin karena
ia merasa terus diperhatikan oleh Eun Rim,
“Melihatmu saja perutku sudah terasa
kenyang” Kata Eun Rim sambil mengusap perutnya,
Kevin kemudian mengambil sesendok
dakjuk dan memaksa Eun Rim membuka mulutnya, wanita itu hanya menggeleng dan
memasang tatapan memelas,
“Ini perintah dari bosmu!” Kata
Kevin dengan sedikit ada nada tekanan pada kata ‘bos’,
Eun Rim yang mendengar kata itu
memakan sesendok dakjuk yang diberikan Kevin.
“Aku tidak suka kau memakai kata itu
jika kita tidak sedang bekerja!” Kata Eun Rim kesal,
“Jika aku tidak memakai kata itu,
kau tidak mau mendengarkanku” Kata Kevin lalu menjulurkan lidahnya,
Kevin memberikan satu sendok Dakjuk
lagi pada Eun Rim, akhirnya mereka memakan Dakjuk semangkuk berdua.
Setelah
selesai makan, Kevin duduk di ruang TV dan menonton acara musik yang menarik
perhatiannya, Eun Rim datang dari dapur dan membawa dua mangkuk ice cream dan
memberikannya pada Kevin, lelaki itu memakan ice cream dengan lahapnya. Kevin
melihat ke sekeliling ruangan dan tertuju pada satu benda,
“Lukisan itu masih terlihat bagus,
padahal sudah 3 tahun yang lalu sejak aku membuatnya untukmu” Kata Kevin sambil
menunjuk lukisan itu,
Eun Rim juga melihat kearah lukisan
itu dan hanya menganggukan kepala,
“Dulu kau bilang hanya akan
menyimpannya di gudang karena lukisan itu tak menarik, padahal aku menghabiskan
waktu berminggu-minggu untuk membuat lukisan itu karena pipimu selalu bertambah
chubby jadi aku harus mengubahnya lagi” Kata Kevin sambil menahan tawa
mengingat masa lalu,
Eun Rim memberikan tatapan membunuh
kepada Kevin dan reflex ia memukul lelaki itu dengan sendok ice cream, yang
dipukul hanya meringis kesakitan,
“Ya! Seharusnya kau merasa bangga
lukisanmu kupajang, banyak sekali yang memberi hadiah tapi hanya lukisanmu yang
masih bertahan lama, dan ingat! Meskipun aku terlihat chubby tapi aku tetap
cantik!” Kata Eun Rim dengan nada kesal,
“Hehehe… mianhae, aku kan hanya
bercanda, gomawo chagi” Katanya dengan memberikan aegyo,
Eun Rim yang melihat itu merasa
geli,
“Chagi? Sejak kapan kau memanggilku
dengan sebutan menggelikan itu” Kata Eun Rim sambil tertawa,
Kevin hanya terdiam salah tingkah.
Eun
Rim membawa laptop dan setumpuk kertas dari kamarnya, ia menghampiri Kevin duduk
disampinnya lalu menyandarkan kepalanya pada pundak Kevin, lelaki itu melihat ke arah Eun Rim dengan tatapan
kasihan,
“Kubilang apa, lebih baik kau
berhenti kerja, sekarang baru tahu kan akibatnya”, Kata Kevin menasehati,
“Jika aku tidak bekerja, darimana
aku dapat uang untuk biaya hidupku” Kata Eun Rim dengan wajah memelas,
“Itu… kan bisa dipirkan nanti” Kevin
seperti akan berbicara sesuatu namun iya segera menutupinya,
“Kau bisa saja berbicara begitu, kau
kan hanya tinggal duduk dikantor, menandatangani surat-surat, memerintah ini
itu” Kata Eun Rim menggerutu,
Kevin hanya diam tidak bisa
menjawab,
“Kau tidak tahu yang sebenarnya
kualami” Kata Kevin dalam hati,
“Sudahlah, istirahat saja dulu
sebentar” Kata Kevin kemudian mengusap kepala Eun Rim untuk menenangkannya,
Setelah
setengah jam Eun Rim bersandar di pundaknya,Kevin melihat ke arah Eun Rim,
wanita itu sudah tertidur pulas, ia pun menggendong Eun Rim dan membawanya ke
kamar dan menyelimutinya. Ia duduk dipinggir tempat tidur dan tersenyum melihat
wanita itu tidur dengan nyaman,
“Belum saatnya kau bekerja keras
seperti ini, tapi kau juga masih terlalu muda untuk menerimaku” Kata Kevin
dengan suara seperti orang berbisik,
“Jaljayo …” Kata kevin berbisik pada
telinga Eun Rim.
Kevin duduk di ruang tamu, ia
melihat pekerjaan Eun Rim yang belum selesai, ia berniat membereksan pekerjaan
itu, selama 3 jam ia hanya berkutat dengan laptop, karena rasa kantuk yang tak
tertahankan, akhirnya ia tidur di sofa tanpa penghangat ruangan, padahal cuaca
malam itu sangat dingin.
Eun
Rim terbangun dari tidurnya, ia melihat ke arah jam dan masih pukul 05.00, ia
segera pergi ke kamar mandi, setelah selesai mandi ia memakai kaos putih dan
celana tidur panjang dengan rambut yang tergerai bebas. Eun Rim pergi ke dapur
untuk menyiapkan sarapan, ketika ia melewati ruang TV ia melihat Kevin tengah
tertidur di sofa dengan badan menggigil,
“Aigoo… Kevin-a, ireona!” Kata Eun
Rim dengan nada khawatir,
Kevin terbangun dengan wajah sangat
pucat,
“Semalam kau tak pulang? Kenapa kau
tak mengambil selimut di dalam? Kau kan tidak kuat dengan cuaca yang dingin!”
Eun Rim memberondong dengan banyak pertanyaan sambil mengecek suhu tubuh Kevin
dengan tangannya,
“Aku tidak apa-apa, lagipula semalam
kau sangat lelah” Kata Kevin sambil tersenyum agar Eun Rim sedikit tenang,
“Mianhae… kalau kau ingin memecat
aku, pecat saja” Kata Eun Rim menyesal,
“Kalau aku ingin memecatmu mungkin
sudah kulakukan dari dulu, semuanya sudah terjadi, yang harus kau lakukan
kerjakan pekerjaanmu dengan baik, jangan selalu mengeluh, dan juga kau harus
memperhatikan kesehatanmu, fighting!!!” Kata Kevin memberi semangat dengan mengepal
tangannya dan terangkat ke atas,
Eun Rim tersenyum senang, ia pun
ikut mengepalkan tangan dan mengangkatnya,
“Baiklah akan kusediakan air hangat
untukmu mandi” Kata Eun Rim lalu beranjak pergi.
Eun
Rim sedang membuat sup hangat untuk mereka sarapan, ketika ia sedang memotong
sayuran tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang mengikatkan rambutnya yang
tergerai berantakan, Eun Rim pun menoleh ke belakang, pemilik tangan itu
tersenyum,
“Aku takut rambutmu menghalangi
pekerjanmu jadi aku membantumu mengikatnya” Kata Kevin memberi alasan,
“Kau hanya perlu duduk manis di
ruang makan, sebentar lagi supnya matang” Kata Eun Rim untuk menghilangkan
gugupnya,
Lelaki itu pun pergi meninggalkan
dapur dan Eun Rim akhirnya bisa bernafas lega.
“Bagaimana
rasanya?” Tanya Eun Rim penasaran,
“Mashitta…” Kata Kevin sambil
mengacungkan dua jempolnya,
“Ini sebagai rasa terimakasihku
karena kau telah membantu menyelesaikan pekerjaanku”
Kevin hanya mengangguk mengerti.
Setelah selesai makan mereka bersiap-siap
pergi ke kantor, ketika Eun Rim baru keluar dari kamar ia melihat Kevin sedang
memakai dasinya, sepertinya lelaki itu kesusahan untuk memakainya,
“Biar kubantu” Kata Eun Rim kemudian
mengambil alih memakaikan dasi,
Ketika sedang dipakaikan dasi, Kevin
mengalihkan perhatiannya dengan melihat ke arah lain,
“Cha! Sudah selesai” Kata Eun Rim
kemudian tersenyum puas melihat hasil ikatannya yang rapi,
“Ayo kita berangkat bersama” Kata
Kevin kemudian meraih tangan Eun Rim,
“Ani… tidak baik kalau seorang
karyawan semobil dengan bosnya” Kata Eun Rim mencari alasan,
“Tidak baik juga kalau seorang
karyawan tidak mematuhi perintah bosnya, Kajja!” Kata Kevin yang ternyata punya
alasan lain.
^^
Tidak
seperti biasanya pemilik Woo corporation datang ke kantor sepagi ini dan
mengendarai mobil sendiri, para karyawan yang baru datang pun terheran-heran
melihatnya, apalagi bos mereka datang bersama salah satu karyawan biasa di
perusahaan itu. Eun Rim yang melihat suasana itu segera mencari jalan agar bisa
segera sampai di ruangannya.
“Mianhae tuan, ada banyak pekerjaan
yang harus segera kuselesaikan” Kata Eun Rim yang kini berbeda cara bicaranya,
Ia berjalan sedikit lebih mendahului
Kevin, namun lelaki itu segera menarik tangan Eun Rim,
“Aku telah menyelesaikan semua
pekerjaanmu, jadi sekarang aku ingin kau tetap berjalan bersamaku” Kata Kevin
berbisik di telinga Eun Rim dengan sikap dinginnya,
Eun Rim terdiam menunduk pasrah dan
mengikuti perintah bosnya,
“Sebentar lagi aku akan menghadapi
penderitaan” Fikirnya gelisah,
Eun
Rim sedang sibuk berkutat dengan komputernya, tiba-tiba saja Min Ji datang
mengagetkannya,
“Eun Rim-aaa! Tadi para karyawan di
ruangan sebelah sibuk membicarakan dirimu dengan bos, apakah kalian berdua pacaran?”
Tanya Min Ji penasaran,
Eun Rim menoleh kaget ke arah Min
Ji, namun ia segera menutupi mimik wajahnya dengan tenang agar temannya tidak
bertambah curiga,
“Ani… tadi aku bertemu dengan dia di
jalan, dan dia menawarkan tumpangan, aku tidak enak untuk menolaknya” Katanya
sambil berpura-pura fokus pada layar komputer,
“Baiklah… karena kau biasa berkata
benar aku percaya, tadinya aku berharap berita ini adalah berita sungguhan”
kata Min Ji dengan sedikit kecewa,
“Sangat tidak mungkin seorang wanita
biasa sepertiku akan memiliki hubungan spesial dengan lelaki seperti tuan Woo”
Kata Eun Rim mencoba meyakinkan temannya,
Eun Rim tidak menyadari jika sedari
tadi Kevin tengah mendengar pembicaraan itu,
Kevin hanya menunduk dengan raut
wajah kecewa.
“Brakk!!!” Kevin menggebrak meja
dengan muka kesal,
“Sudah berapa tahun kalian bekerja
disini? Membuat laporan begini saja tidak bisa!”
Semua karyawannya hanya menunduk ketakutan,
ia kemudian menarik nafas mencoba untuk menenangkan diri,
“Kalian bisa melihat hasil laporan
yang benar pada nona Park” Kata Kevin sambil memperlihatkan laporan milik Eun
Rim,
Semua pasang mata yang ada di
ruangan itu melihat ke arah Eun Rim dengan tidak percaya,
“Bukannya dia yang mengerjakan
laporanku semalam” Kata Eun Rim dalam hati,
Eun Rim memberikan tatapan
membunuhnya pada Kevin, namun lelaki itu menatapnya balik tanpa ekspresi.
“Setelah jam makan siang nanti
kalian akan diberi tugas untuk membantu mengurus perusahaan-perusahaan yang
masih menjadi milik Woo Corporation, sebagian dari perusahaan itu bukan hanya
dimiliki oleh Woo Corporation, namun pemegang saham terbesar tetap berada di
tangan Woo Corporation” Kata Kevin lalu pergi meninggalkan ruangan meeting
setelah menutup acara itu.
Eun
Rim baru saja sampai di ruang kerjanya setelah selesai santap siang, ia melihat
amplop coklat tergeletak di meja kerjanya,
“Ini pasti surat tugas itu, semoga
aku di tempatkan di perusahaan stasiun televisi” Harapnya,
Namun ketika ia membaca surat itu
harapannya hilang, ia malah di tempatkan menjadi manager sebuah hotel,
“Ya! Apa-apaan ini aku ditempatkan
menjadi manager hotel? Dia kan tahu aku tidak pandai dalam bidang ini” Katanya
kesal,
Eun Rim segera pergi ke ruangan
bosnya itu, setelah sampai di depan pintu ruangan Kevin tanpa permisi ia
langsung membuka pintu,
“Ya! Dimana bo…” Eun Rim berhenti
bicara karena melihat orang lain di ruangan itu,
Ternyata orang itu adalah ayah
Kevin,
“Bonsai yang baru saja kupesan, mereka
salah mengantarkan pesanan dan malah sampai di ruangan ini, mianhae… karena aku
telah tiba-tiba masuk” Kata Eun Rim kemudian membungkukan badan dan memberi
hormat,
“Untung saja aku tidak selesai
berkata ‘bocah tengik’” Katanya dalam hati,
Kevin dan Ayahnya masih diam karena
tidak mengerti, lalu Kevin memberi isyarat pada Eun Rim seperti menanyakan ‘Mau
apa kau datang ke sini’,
“Bukankah kau Eun Rim putri tuan Park?”
Tanya Ayah Kevin mencoba mengingat-ingat,
“Ne, Annyeonghaseyo Tuan Woo” Kata
Eun Rim kemudian membungkuk lagi,
“Tidak usah canggung begitu, sudah
lama aku tidak bertemu denganmu, sayang sekali aku tidak bisa berlama-lama
disini” Kata Tuan Woo lalu bangkit dari duduknya,
“Jaga dia baik-baik, ingat janjimu
dulu” Bisik Tuan Woo pada anaknya,
Kevin hanya menganggukan kepala dan
mengacungkan jempol kanannya, Eun Rim yang melihat itu hanya memasang ekspresi
wajah tidak mengerti,
Setelah Tuan Woo berpamitan dan
pergi meninggalkan ruangan itu, Eun Rim menghampiri Kevin dan memukul kepala
lelaki itu,
“Ah… sakit tahu!” Kata Kevin lalu
mengelus-elus kepalanya,
“Salahmu! Kau kan tahu aku tidak
mengerti dengan bisnis seperti itu, tapi malah kau tempatkan di bagian itu”
Kata Eun Rim masih dengan muka kesalnya,
Kevin yang mengerti permasalahannya malah
tertawa terbahak-bahak dan membuat Eun Rim semakin kesal, akhirnya wanita itu
menginjak kaki Kevin dengan kencangnya,
“Ya! Berhenti menyiksaku” Kata Kevin
yang akhirnya ikut kesal juga,
“Aku tahu kau tidak berbakat dalam
bidang itu, makanya aku menempatkanmu disana supaya kau bisa dan dapat
pengalaman, dan satu lagi, aku tidak menerima penolakan, kau kan sudah berjanji
akan menerima segala resiko dalam pekerjaanmu” Kata Kevin menjelaskan,
“Tapi tidak seperti ini juga, ah
sudahlah! Berbicara denganmu membuang-buang energiku saja” Kata Eun Rim lalu
pergi meninggalkan ruangan itu,
Kevin hanya membiarkan wanita itu
pergi, ia lalu duduk dan memjijit kepalanya yang pening,
“Aku sengaja menempatkanmu di sana
agar kita bisa mengumpulkan bukti penyebab kematian orangtuamu, dan semoga kau
segera berhenti bekerja karena kau tidak tahu betapa kejamnya dunia bisnis itu,
bahkan itulah yang mengancam keselamat keluargamu dulu” Fikir Kevin,
Kevin masih mengingat betul kejadian
yang merenggut nyawa orangtua Eun Rim, itu karena persaingan antara perusahaan
tuan Kim dan tuan Park, perusahaan tuan Park memenangkan tender proyek sebuah
hotel dan mengelola hotel itu, yang akhirnya tuan Kim yang kalah persaingan
merencanakan untuk membunuh tuan park, namun polisi hanya tahu bahwa penyebab
kematian itu akibat kecelakaan tunggal. Keluarga Woo adalah teman dekat
keluarga Park, dan keluarga Woo tahu akan semua rencana itu, maka dari itu
keluarga Woo berusaha untuk membongkar kejahatan tuan Kim dan melindungi putri
semata wayang tuan Park dari sasaran kejahatan tuan Kim selanjutnya. Tapi
satu-satunya cara agar masalah ini selesai dengan Eun Rim bekerja di hotel yang
sekarang di urus oleh tuan Kim, karena hanya Eun Rim yang mengetahui semua
tentang ayahnya. Untuk melancarkan rencana itu, Kevin sudah menanam saham di
hotel itu, meski yang mengurus hotel itu masih tuan Kim, tapi Kevinlah yang
lebih berkuasa atas hotel itu. Kevin sengaja menyerahkan urusan hotel itu
kepada tuan Kim, agar rencananya untuk mendapatkan bukti kasus meninggalnya
ayah Eun Rim dulu dapat segera selesai.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 22.00 KST, para karyawan di Woo corporation sudah
banyak yang pulang, hanya tersisa beberapa orang termasuk Eun Rim dan Kevin.
Bunyi klakson mobil Kevin mengagetkan Eun Rim yang sedang berjalan kaki menuju
halte bus,
“Ayo naik” Kata Kevin ramah seolah
siang tadi tidak terjadi apa-apa,
Wanita itu hanya menoleh malas dan
berniat melanjutkan langkah kakinnya, namun tiba-tiba saja lelaki itu keluar
dari mobil dan menarik masuk Eun Rim ke dalam mobil,
“Kenapa kau selalu memaksakan
kehendakmu! Aku bilang tidak ya tidak! Lagipula ini sudah waktunya pulang jadi
kau tidak berhak mengaturku…” Eun Rim menghentikan perkataan karena Kevin
menyerahkan sebuah kertas berisi informasi akan diadakannya sebuah festival
untuk melihat pesta kembang api di dekat sungai Han,
“Kecuali untuk hal ini, kajja kita
berangkat!” Kata Eun Rim semangat,
Kevin mengendarai mobil sambil
tersenyum menahan tawanya melihat tingkah Eun Rim,
“Jika urusan kembang api kau tidak
pernah protes” Kata Kevin dalam hati.
Mereka
menunggu pesta kembang api di sungai han sambil memakan ice cream,
“Cuaca sedingin ini kita malah makan
ice cream” Kata Eun Rim sambil tetap sibuk memakan ice creamnya,
“Ini lebih baik, daripada kita
menunggu selama 2 jam hanya dengan diam” Timpal Kevin,
“2 jam?! Kalau begitu kenapa kita
tidak pulang ke rumah dulu” Keluh Eun Rim,
“Kau sendiri kan yang mengajakku
segera ke sini, jadi aku tidak sempat memberi tahu waktunya padamu” Bela Kevin,
Eun Rim hanya mempoutkan bibirnya
kesal, akhirnya mereka hanya duduk-duduk di rumput taman yang berada tepat di
pinggir sungai han.
“Waktunya masih 1 jam lagi, lalu
kita bagaimana?” Tanya Eun Rim bingung,
“Tidur saja” Kata Kevin asal,
Lelaki itu membaringkan tubuhnya dan
menggunakan tangannya sebagai sandaran kepalanya,
“Kau juga lebih baik tidur” Kata
Kevin pada Eun Rim yang bingung akan tingkah sahabatnya ini,
Akhirnya Eun Rim pun mengikuti saran
Kevin, ia ikut tidur dengan sebelah tangan kevin sebagai sandaran kepalanya.
Mereka hanya terdiam sambil menatap indahnya langit malam.
“Kau tahu alasanku tidak ingin
bertugas di hotel itu?” Tanya Eun Rim memulai obrolannya,
“Apa?” Tanya Kevin tanpa melihat ke
arah Eun Rim,
“Dulu sebelum ayahku meninggal, ia
sedang mengurusi proyek pembangunan hotel dan akan mengurus hotel itu, aku tahu
ia mempunyai saingan yang ingin mengambil proyek itu juga, dan aku tahu itu
semua penyebab kematian ayahku. Tapi waktu itu aku tidak mungkin memberi tahu
kepada orang lain apa sebenarnya dibalik penyebab kematian orangtuaku, karena
pasti mereka hanya menganggapku anak kecil yang sedang mengigau. Aku sengaja
bekerja di perusahaanmu karena aku juga ingin mencari tahu siapa orang itu,
meskipun sebenarnya aku ingin bekerja di stasiun televisi menjadi reporter atau
pembawa berita.Tetapi lama kelamaan aku mulai lelah, mungkin akan menyerah untuk
mencari bukti kebenaran itu dan mencoba untuk memaafkannya” Kata Eun Rim lalu terdiam
mencoba menenangkan diri karena airmatanya mulai menetes,
Kevin mengubah posisi tidurnya
menjadi menghadap Eun Rim, ia menggunakan tangan yang tadi dipakainya menjadi
sandaran kepalanya untuk menghapus airmata Eun Rim,
“Tapi aku dan keluargaku tidak akan
pernah memaafkan itu… Uljima…” Katanya mencoba untuk menenanagkan wanita itu,
“Maafkan aku karena telah memasukanmu
ke dalam perusahaan itu, mungkin saja jika kau bekerja di hotel itu kau bisa
mencari penyebab kematian ayahmu, tapi kau juga harus berhati-hati karena aku takut
ada orang yang menjadikanmu sebagai sasaran selanjutnya” Kata Kevin memberi
saran,
Eun Rim menganggukan kepala tanda
mengerti. Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam, sampai ada suara yang
mengganggu ketenangan itu,
“Haattcciim!...” Itu adalah suara
bersin Kevin, dan setelah itu ia bersin terus menerus,
Eun Rim melihat malas ke arah Kevin,
ia lalu berdiri dan menarik tangan Kevin agar ia ikut berdiri,
“Ayo kita pulang, kau pasti
kedinginan” Kata Eun Rim khawatir,
“Tidak, ini bukan karena alergiku
kambuh, tadi aku hanya ingin bersin saja, lagipula kita kan belum melihat
kembang apinya” Kata Kevin sambil mencoba menahan bersinnya,
“Aku sudah tidak tertarik lagi, ini
sudah larut malam, kajja!” Kata Eun Rim lalu pergi mendahului Kevin,
Namun tiba-tiba saja sebuah tangan
menarik tangan kanan Eun Rim dan memeluknya dari belakang,
“Ommo!” Pekik wanita itu kaget,
“Aku tahu kau berbohong” Bisik Kevin
di telinga Eun Rim,
Eun Rim hanya menundukan kepala dan
terdiam,
“Lepaskan tanganmu” Kata Eun Rim
pelan,
“Kau bilang aku kedinginan, ini
sudah membuatku hangat, begini saja walau sebentar” Kata Kevin lalu
menyandarkan kepalanya di pundak Eun Rim,
Tepat saat itu, kembang api menyala
dan meluncur di udara dengan indahnya, mereka hanya terdiam merasa takjub
dengan apa yang mereka lihat,
“Gomawo… “ Kata Eun Rim sambil
tersenyum bahagia pada Kevin,
“Untuk apa?” Tanya Kevin bingung,
“Untuk semuanya, karena kau telah
menjadi kakakku, sahabatku, dan bos yang menyebalkan” Kata Eun Rim lalu tertawa
untuk menghentikan air matanya yang sudah mengalir,
Kevin hanya menganggukan kepala
tanda mengerti,
“Jangan pernah berfikir kau hanya
seorang diri di dunia ini, karena kau masih punya aku” kata Kevin lalu
menghapus air mata Eun Rim.
Flashback off
^^
Eun
Rim menghela nafas, ia lalu menutup buku diary nya dan mencoba menenangkan
hatinya. Eun Rim melihat jam tangannya, 5 menit lagi ia akan sampai di
tujuannya, setelah itu ia masih harus naik mobil agar bisa sampai di bandara.
Setelah
sampai di bandara ia melihat jadwal keberangkatan, ternyata pesawatnya baru
akan berangkat 3 jam lagi, karena tidak ada teman mengobrol, akhirnya ia duduk
duang tunggu dan membuka lagi diary nya, ia melanjutkan lagi bacaannya yang
tadi tertunda, Eun Rim tertegun melihat tulisannya seminggu yang lalu,
Aku
hanya bisa menangis seperti ini karena aku frustasi
Aku
hanya bisa menangis seperti ini karena aku sangat marah
Apa
yang harus aku lakukan ?
Aku
akan mencoba tersenyum , aku akan berusaha melupakanmu , aku berjanji akan hidup
dengan bahagia
Flashback
on
Hari
hari terus berlalu, tak terasa Eun Rim sudah mengurusi hotel itu selama hampir
3 bulan, awalnya semua baik-baik saja, namun apa yang di takutkan Kevin dan
keluarganya terjadi. Eun Rim memang sudah mendapatkan bukti untuk membawa tuan
Kim ke polisi, tapi disaat bersamaan keselamatannya mulai terancam, dan Tuan
Kim menyuruh sebagian orang-orang yang bekerja di hotel itu untuk mencelakai Eun Rim.
Kevin
hanya terdiam sambil menigepalkan tangannya di atas meja kerja ketika mendengar
semua informasi tentang Eun Rim dari suruhannya,
“Cari orang-orang yang terlibat dalam kasus ini dan
segera buat surat pemecatan untuk mereka!” Kata Kevin dengan marahnya.
Setelah orang suruhannya pergi, kevin melempar
semua barang yang ada dimejanya,
“Jika kau masih berulah untuk yang satu ini, aku
duluan yang akan membunuhmu” Fikir Kevin.
Esoknya
Eun Rim sangat terkejut mendengar berita pemecatan sebagian karyawan itu, tanpa
berfikir panjang ia segera pergi kantor tempat Kevin bekerja. Eun Rim memasuki
ruangan lelaki itu tanpa permisi dan menutup pintu dengan kasar, ia memukul
meja kerja dengan sangat keras.
“Mengapa kau tiba-tiba memecat karyawan di hotel
itu? Mereka mempunyai keluarga, kau tidak pernah berfikir mereka akan makan
darimana? Mereka berbeda denganmu yang hanya tinggal duduk dan menandatangani
laporan tidak usah berlelah-lelah bekerja…” Kata-kata Eun Rim terpotong oleh
Kevin,
“Aku melakukan ini semua punya alasan, dan ini
pilhan terbaik, aku juga sudah memberi mereka pesangon agar mereka punya
cadangan sebelum mendapatkan pekerjaan lain” Kata Kevin tegas,
“Alasannya apa? Kenapa kau tidak menjelaskannya
dulu padaku? Menurutku ini bukan plihan terbaik, kau mengambil keputusan ketika
kau sedang emosi, dan pilihnmu selalu tidak tepat” Kata Eun Rim merendahkan,
“Kau tidak akan mengerti! Karena kau hanya melihat orang dari sisi
baiknya saja dan melupakan sisi buruknya, padahal itu semua sangat
membahayakanmu, dan ini perusahaanku, aku bebas melakukan apapun” Kata Kevin
sedikit emosi mendengar dirinya direndahkan,
“Jadi selama ini kau menganggapku apa? Mengapa aku
tidak mengerti jalan fikiranmu?” Kata Eun Rim bingung,
Kevin terdiam lalu melihat ke jendela ruangannya,
“Kau karyawanku dan aku bosmu” Kata Kevin dingin,
“Oh! Baiklah tuan Kevin Woo terhormat, aku juga
bisa mengambil keputusan dengan cepat, mulai saat ini aku berhenti bekerja dari
perusahaanmu! Permisi” Kata Eun Rim lalu meninggalkan ruangan itu.
Kevin hanya terdiam mendengar perkataan Eun Rim, ia
lalu duduk dan mencoba menenangkan diri.
“Sudah lama aku menunggu keputusanmu, dengan begini
aku bisa mennyelesaikan penyebab kematian orangtuamu dengan cepat” Kata Kevin
mencoba mengambil sisi positifnya.
Setelah tiga hari berhenti bekerja, Eun Rim
mendapat tawaran pekerjaan di sebuah stasiun televisi terkenal di Amerika.
Tanpa berfikir panjang ia akhirnya mengambil tawaran itu.
Flashback
off
^^
Aku
sangat bodoh, amat bodoh
Bahkan
hari ini aku merindukanmu dengan penuh air mata
Kevin
POV
Sudah
lebih dari 3 hari aku tidak tahu tentang keberadaan Eun Rim, karena terlalu
sibuk mengurus kasus orangtuanya. akhirnya aku menyengajakan diri pergi ke
ruangan tempatnya bekerja. Hampir tidak ada apa-apa dalam ruangan ini, aku
hanya duduk di tempat ia ia biasa gunakan untuk bekerja, aku menyandarkan
kepala di kursi kerjanya,
“Ahh… semua ini sangat melelahkan”
Aku melihat salah satu karyawanku, Seulong membuka
pintu ruangan Eun Rim dan membawa sebuah dus kecil.
Author
POV
“Hai… aku tadi tidak sengaja melihat ke ruangan ini
dan kebetulan kau ada di sini, ini untukmu ada yang menitipkannya padaku” Kata
Seulong lalu menyerahkan barang itu pada Kevin,
Mereka memang berteman sejak kecil, meskipun
Seulong menjadi karyawannya, sebenarnya ia adalah anak pemilik perusahaan
otomotif terkenal, ia sengaja bekerja di perusahaan Kevin agar nanti lebih siap
memegang jabatan ketika ayahnya pensiun.
“Apa ini?” Kata Kevin bingung,
“Kau lihat saja, aku pergi dulu ya” Kata Seulong
lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Kevin membuka dus itu dengan malas, ia terkejut
ternyata isinya adalah sebuah lukisan dan sebuah surat, ia segera membaca surat
itu,
Bagaimana perjalananmu menuju kantor
hari ini?
Bagaimana kabarmu di cuaca yang
mulai menghangat ini?
Biasanya kau mudah sekali terkena
flu.
Kalau aku, pagi ini aku sangat
sibuk.
Aku membereskan barang-barangku,
karena aku akan pindah dari rumah
yang sudah tiga tahun aku tempati.
Aku masih ingat kenangan-kenangan
kita di rumah ini.
Rasanya seperti baru kemarin.
Karena kamu aku bisa menangis dan
tertawa setiap harinya.
Setiap hari hatiku gelisah
Tapi tak apa, sungguh tak apa, aku
tak keberatan.
Aku hanya perlu melupakan segalanya.
Kenangan-kenangan itu, semuanya.
Park Eun Rim
Kevin masih tak percaya Eun Rim akan benar-benar pergi
meninggalkannya,
“Neomu babo!” Teriaknya sambil memukul meja kerja itu,
Ia tidak menyadari darah segar mengalir dari jari-jarinya,
ia segera pergi ke ruangan Seulong untuk meminta kejelasan.
Flashback
on
“Kau benar-benar akan pergi ke
Amerika?” Tanya Seulong tak percaya,
“Ya, mungkin sore nanti aku akan
berangkat” Jawab Eun Rim dengan tatapan mata kosong,
“Apakah kau disana ada keluarga atau
orang yang di kenal? Aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri,kau masih menjadi
tanggung jawabku” Kata Seulong khawatir,
Eun Rim hanya menjawab dengan
gelengan kepalanya,
“Aku bisa menjaga diriku, aku titip
ini untuk Kevin ya” Kata Eun Rim lalu memberikan sebuah dus kecil,
“Kau tidak memberikannya langsung?
Kalian bertengkar ya? Pasti dia belum tahu tentang kepindahanmu ini” Curiga
Seulong,
Eu Rim memutar matanya malas,
“Nanti dia juga tahu, lagipula dia
sedang sibuk”
“Ya… berdo’a saja semoga aku tidak
kena amarahnya” Harap Seulong,
Eun Rim hanya tersenyum sekilas,
“Aku pamit dulu ya, salam untuk
Eomma dan Appa mu” Kata Eun Rim lalu berpamitan pulang.
Flashback
off
Kevin
hanya mendengar cerita Seulong dengan tatapan mata kosong,
“Kau mencintainya kan?” Tanya
Seulong hati-hati,
Kevin hanya menganggukan kepala, ia
lalu mengeluarkan sebuah kotak cincin dari saku jasnya,
“Sebenarnya aku akan melamarnya hari
ini, tapi sepertinya itu tidak mungkin terjadi” Kata Kevin kecewa,
Seulong memijit kepalanya karena
pusing dengan dua sahabatnya itu,
“Dari dulu aku tidak pernah mengerti
hubungan kalian, seperti sahabat tapi terlalu dekat, pacaran juga tidak” Kata
Seulong,
Kevin hanya tersenyum miris
mendengar perkataan sahabatnya,
“Sebenarnya aku memang sudah melamar
Eun Rim sebelum orangtuanya tiada, tapi Eun Rim tidak mengetahui hal ini karena
ia masih kuliah dan orangtuanya sengaja akan memberi tahunya jika ia telah siap
menikah, ketika orangtuanya tiada aku berniat segera menikahinya karena aku
khawatir tidak ada yang menjaganya, tapi orangtuaku melarang dengan alasan kami
masih terlalu muda. Tapi setelah lulus kuliah ia malah masuk perusahaanku, aku
tidak bisa menolaknya karena dia juga merasa tidak nyaman jika terlalu
bergantung pada orang lain, akhirnya aku hanya bisa menunggunya untuk keluar
dari perusahaan ini dengan sendirinya. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya
lelah bekerja, tapi aku juga tidak tega memecatnya, maka dari itu aku selalu
menyempatkan menginap di rumahnya untuk membantunya mengerjakan tugas kantor. Tapi
setelah ia keluar dari perusahaan ini, ia malah tak mengabariku dan pergi entak
kemana.” Cerita Kevin,
“Kenapa kau tidak menyusulnya ke
bandara” Saran Seulong karena kasihan mendengar cerita sahabatnya,
Kevin mengangguk setuju, tapi
otaknya belum juga mencerna kalimat itu,
“Berapa jam lagi ia berangkat?”
Tanya Kevin lalu terdiam memikirkan sesuatu,
“Mungkin setengah jam lagi” Kata
Seulong santai,
Mereka berdua lalu diam termenung,
tiba-tiba Kevin baru menyadari maksud obrolannya tadi,
“Setenagh jam?! Amerika?!” Katanya
berteriak,
“Ikut aku” Kata Kevin tiba-tiba,
“Ya! Aku tidak di gaji untuk ini”
Teriak Seulong kesal,
Kevin segera menarik tangan Seulong
untuk pergi menemaninya ke bandara.
Kevin
mengendarai mobil seperti seorang buronan polisi, Seulong yang duduk di
sebelahnya bahkan sudah pasrah dengan semuahal buruk yang akan terjadi,
“Ya ya ya! Aku tidak ingin mati
dulu, Sunyoung sedang mengandung anakku” Teriak Seulong pada Kevin,
“Kau sudah menikah?” Tanya Kevin tak
percaya,
“Belum, mungkin 6 bulan lagi” Kata
Seulong malu,
“Michi…” Umpat Kevin pada
sahabatnya.
Eun
Rim menutup buku diary nya, ia menghapus air matanya karena terlalu lelah mengingat
semua kenangan itu, ia mencoba untuk menghibur diri,
“Nan gwenchana…” Katanya lalu
tersenyum,
Ia mendengar pengumuman
keberangkatan untuk pesawat tujuannya, Eun Rim pun berdiri dan membawa
kopernya, ia segera pergi untuk menyimpan kopernya dan masuk ke dalam cabin
pesawat.
Kevin
berlari dengan cepat dari parkiran bandara menuju ruang tunggu, namun ia tidak
melihat Eu Rim disana, setelah menanyakan kepada petugas bagian informasi,
ternyata pesawat tujuan New York baru saja take off. Akhirnya ia menyerah dengan
keadaan dan pergi meninggalkan keramaian, ia terduduk dilantai sambil
menundukan kepala, air matanya mulai mengalir deras, ia masih tidak percaya
dengan semua ini, ia pun mengambil cincin itu di sakunya dan menatap cincin itu
sangat lama, ketika memegang cincin ia baru menyadari ada darah yang sudah
mengering di jari-jarinya.
Apa
yang harus kulakukan? Jangan pergi seperti ini
Jika
kau pergi, mungkin aku bisa mati
Aku
benar-benar menangis karena frustasi
Aku
benar-benar menangis karena membenci diriku sendiri,
Apa
yang harus kulakukan?
Eun
Rim sedang berada di pesawat dan mencoba untuk tidur, namun fikirannya selalu gelisah,
ia akhirnya membuka diarynya lagi dan menulis sesuatu.
Aku
pernah membayangkan kalau kau dan aku akan tinggal di rumah itu.
Kita
berdua, dengan penuh cinta, bersama-sama.
Di
masa depan nanti, jika aku mengingat masa ini.
Kurasa
aku akan mampu berkata kalau aku sangat mencintaimu.