Sabtu, 01 September 2018

                                 METODE EKSTRAKSI VITAMIN C PADA POHON KELOR

Indonesia adalah Negara kepulauan dengan beragam sumber daya alam baik hewan maupun tumbuhan. Salah satunya adalah kekayaan flora, seperti Moringa oleifera. Dari beberapa dekade lalu Moringa oleifera sudah dikenal sebagai tumbuhan multifungsi. Hal ini dikarenakan pohon Kelor mengandung lebih banyak senyawa alami dibandingkan pohon yang lain, diantaranya vitamin, mineral, antioksidan, dan asam amino penting lainnya.
Moringa oleifera sudah dikenal dalam pengobatan herbal. Moringa oleifera termasuk dalam keluarga Moringaceae. Sebuah tumbuhan pantropis dari keluarga Moringaceae, Moringa oleifera, adalah satu dari sekitar tiga belas jenis dalam keluarganya.
Banyak sekali orang yang sudah menggunakan Moringa oleifera. Mereka sering menggunakannya dalam membuat makanan atau hal lain yang bermanfaat, jika biasanya mikronutrien bubuk digunakan untuk menangani beragam penyakit, maka pohon Kelor bisa menjadi alternatifnya, dan yang digunakan adalah bagian daunnya. Meskipun pohon Kelor sebenarnya dapat digunakan baik akar, biji, dahan, bunga dan batang.  Banyak manfaat yang bisa didapat, seperti tinggi kalsium, tinggi vitamin, dan antibakteri.
Banyak sekali kegunaan dalam pohon Kelor bagian bijinya. Contohnya, biji yang kering diguanakan dalam persiapan ophthalmic, kemudian akar dari pohon Kelor yang pahit, tajam, termogenik dapat berguna dalam dyspepsia, anoreksia, vermitaminosis, diare, sakit perut, perut kembung, kelumpuhan. Dan yang terakhir, bagian spesifik dari Kelor ialah sebagai anti kanker dan antibakteri. Itulah mengapa tidak hanya bagian daun, tapi akar dan biji pun berguna. Oleh karena itu, hal ini menjadi alasan pohon Kelor dinamakan pohon kehidupan.
Pohon Kelor digunakan untuk mengatasi malnutrisi, terutama untuk bayi dan ibu menyusui. Organisasi nonpemerintah, Church World Service dan Educational Concerns for Hunger Organization-telah menganjurkan Kelor sebagai nutrisi alami untuk daerah tropis. Daun Kelor sebagai suplemen makanan, direkomendasikan untuk anak dengan masalah malnutrisi antara usia enam bulan sampai lima tahun. Karena itu daun Kelor sedang dipromosikan sebagai makanan dengan kualitas tinggi tetapi harga terjangkau.
Selain itu pohon Kelor mengandung tinggi vitamin. Vitamin adalah senyawa organic yang sangat penting dalam proses metabolisme. Vitamin dibutuhkan oleh tubuh tetapi tidak terlalu banyak dan selalu ada untuk mempertahankan kesehatan. Pohon Kelor mengandung banyak vitamin seperti vitamin A, vitamin C. nilai nutrisi dari Moringa oleifera adalah protein, kalsium, besi, dan vitamin C. telah dibuktikan bahwa daun kering dari Moringa oleifera mengandung tujuh kali lebih banyak vitamin C dibandingkan jeruk, sepuluh kali lebih banyak vitamin A dibandingkan wortel, tujuh belas kali kalsium lebih banyak dibandingkan susu, lima belas kali potassium lebih banyak dibandingkan pisang, 25 kali lebih banyak zat besi dibandingkan bayam, dan Sembilan kali lebih banyak protein dibandingkan yoghurt. Selanjutnya, Kelor mengandung beragam senyawa antioksidan seperti asam askorbik, flavonoid,phenolic, dan karotenoid.
Dari penjelasan tersebut, semua bagian dari pohon Kelor mempunyai banyak manfaat. Karena itu, eksperimen ini ingin mengukur kadar vitamin C dalam daun, batang, biji yang segar dan kering dengan metode titrasi spektrofotometri dan iodometri dan eksperimen ini ingin membandingkan kadar vitamin C dari tiap bagian pohon Kelor.
Setelah melakukan percobaan, seluruh bahan uji yang dititrasi mengandung vitamin C dengan beragam tingkatan dari tiap bahan uji.perbedaan tingkatan vitamin C disebabkan karena perbedaan perlakuan terhadap tiap bahan uji. Vitamin C dengan mudah larut ke dalam pelarut air, selain itu vitamin C juga dengan mudah terdegradasi dengan panas. Dalam eksperimen ini dilakukan beberapa hal seperti pencucian, perebusan, dan pengeringan terhadap bahan uji untuk melihat pengaruhnya terhadap tingkat kandungan vitamin C.
Prinsip dari titrasi yodium ialah idoin memenuhi ikatan ganda vitamin C pada atom karbon kedua dan ketiga, ikatan ganda yodium yang ditambahkan akan melebur menjadi satu ikatan. Jika semua vitamin C  sudah berlebih oleh yodium kemudian yodium yang menetes selanjutnya selama titrasi akan bereaksi dengan indikator dari amilum untuk membentuk iodamilum biru. terbentuknya warna biru itu menunjukkan proses titrasi sudah selesai, karena semua vitamin C sudah ditambahkan yodium, sehingga volume yodium ketika titrasi harus sama jumlahnya dengan vitamin C.
Metode kedua yaitu dilakukan spektrofotometri. Spektrofotometri adalah sebuah metode analitik berdasarkan pada pengukuran penyerapan cahaya monokromatik dari jalur berwarna pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan phototube vakum. Dalam eksperimen instrumen bersifat spektronik-20 ini bekerja untuk mengukur baik itu penyerapan maupun transmitansi pada warna bahan uji.
Pengukuran penyerapan bahan uji dilakukan pada panjang gelombang maksimum yaitu 600 nm. Tingkat vitamin C pada daun Kelor segar dan dan daun Kelor kering dikumpulkan dengan mengubah data absorbansi di tabel 2 kedalam konsentrasi (ppm) memalui persamaan garis lurus dengan hasil persamaan yaitu y = 0,0041x + 0,0165. Itu membuktikan bahwa tingkat vitamin C dan konsentrasi absorbansi mempunyai hubungan positif dan kurva standar memiliki akurasi yang layak dalam menentukan konsentrasi.
Hasil dari batang bahan uji yang kering menunjukkan bahwa batang yang kering tidak mengandung vitamin C. hal ini disebabkan karena jumlah vitamin C dalam batang yang kering sangat rendah dan proses pengeringan membuat vitamin C hilang. Tingkat akurasi pada instrument ini bisa juga digunakan untuk memperoleh hasil dalam ekperimen ini.
Berdasarkan dua metode yang dilakukan untuk tes kuantitatif dapat diketahui tingkat vitamin C dalam bahan uji, metode spektrofotometrik memberi hasil lebih akurat dibandingkan metode titrasi iodometrik. Tingkat akurasi menggunakan aturan spektronik-20 dalam metode spektrofotometrik lebih tinggi dibandingkan metode titrasi iodometri.
kedua metode tersebut dapat digunakan untuk membandingkan kandungan vitamin C dalam pohon Kelor. Tetapi dapat disimpulkan bahwa metode sepktrofotometrik lebih baik dalam menganalisis kandungan vitamin C dibandingkan metode titrasi iodometrik.

sumber :https://journal.uny.ac.id/index.php/jkimia/article/view/18816

Tidak ada komentar:

Posting Komentar