Indonesia adalah Negara kepulauan
dengan beragam sumber daya alam baik hewan maupun tumbuhan. Salah satunya
adalah kekayaan flora, seperti Moringa
oleifera. Dari beberapa dekade lalu Moringa
oleifera sudah dikenal sebagai tumbuhan multifungsi. Hal ini dikarenakan
pohon Kelor mengandung lebih banyak senyawa alami dibandingkan pohon yang lain,
diantaranya vitamin, mineral, antioksidan, dan asam amino penting lainnya.
Moringa
oleifera sudah dikenal dalam pengobatan herbal. Moringa oleifera termasuk dalam keluarga Moringaceae. Sebuah
tumbuhan pantropis dari keluarga Moringaceae, Moringa oleifera, adalah satu dari sekitar tiga belas jenis dalam
keluarganya.
Banyak sekali orang yang sudah
menggunakan Moringa oleifera. Mereka
sering menggunakannya dalam membuat makanan atau hal lain yang bermanfaat, jika
biasanya mikronutrien bubuk digunakan untuk menangani beragam penyakit, maka
pohon Kelor bisa menjadi alternatifnya, dan yang digunakan adalah bagian
daunnya. Meskipun pohon Kelor sebenarnya dapat digunakan baik akar, biji,
dahan, bunga dan batang. Banyak manfaat
yang bisa didapat, seperti tinggi kalsium, tinggi vitamin, dan antibakteri.
Banyak sekali kegunaan dalam pohon
Kelor bagian bijinya. Contohnya, biji yang kering diguanakan dalam persiapan
ophthalmic, kemudian akar dari pohon Kelor yang pahit, tajam, termogenik dapat
berguna dalam dyspepsia, anoreksia, vermitaminosis, diare, sakit perut, perut
kembung, kelumpuhan. Dan yang terakhir, bagian spesifik dari Kelor ialah
sebagai anti kanker dan antibakteri. Itulah mengapa tidak hanya bagian daun,
tapi akar dan biji pun berguna. Oleh karena itu, hal ini menjadi alasan pohon Kelor
dinamakan pohon kehidupan.
Pohon Kelor digunakan untuk
mengatasi malnutrisi, terutama untuk bayi dan ibu menyusui. Organisasi
nonpemerintah, Church World Service dan Educational Concerns for Hunger
Organization-telah menganjurkan Kelor sebagai nutrisi alami untuk daerah
tropis. Daun Kelor sebagai suplemen makanan, direkomendasikan untuk anak dengan
masalah malnutrisi antara usia enam bulan sampai lima tahun. Karena itu daun
Kelor sedang dipromosikan sebagai makanan dengan kualitas tinggi tetapi harga
terjangkau.
Selain itu pohon Kelor mengandung
tinggi vitamin. Vitamin adalah senyawa organic yang sangat penting dalam proses
metabolisme. Vitamin dibutuhkan oleh tubuh tetapi tidak terlalu banyak dan
selalu ada untuk mempertahankan kesehatan. Pohon Kelor mengandung banyak
vitamin seperti vitamin A, vitamin C. nilai nutrisi dari Moringa oleifera adalah protein, kalsium, besi, dan vitamin C. telah
dibuktikan bahwa daun kering dari Moringa
oleifera mengandung tujuh kali lebih banyak vitamin C dibandingkan jeruk,
sepuluh kali lebih banyak vitamin A dibandingkan wortel, tujuh belas kali
kalsium lebih banyak dibandingkan susu, lima belas kali potassium lebih banyak
dibandingkan pisang, 25 kali lebih banyak zat besi dibandingkan bayam, dan
Sembilan kali lebih banyak protein dibandingkan yoghurt. Selanjutnya, Kelor
mengandung beragam senyawa antioksidan seperti asam askorbik,
flavonoid,phenolic, dan karotenoid.
Dari penjelasan tersebut, semua
bagian dari pohon Kelor mempunyai banyak manfaat. Karena itu, eksperimen ini
ingin mengukur kadar vitamin C dalam daun, batang, biji yang segar dan kering
dengan metode titrasi spektrofotometri dan iodometri dan eksperimen ini ingin
membandingkan kadar vitamin C dari tiap bagian pohon Kelor.
Setelah melakukan percobaan,
seluruh bahan uji yang dititrasi mengandung vitamin C dengan beragam tingkatan
dari tiap bahan uji.perbedaan tingkatan vitamin C disebabkan karena perbedaan
perlakuan terhadap tiap bahan uji. Vitamin C dengan mudah larut ke dalam
pelarut air, selain itu vitamin C juga dengan mudah terdegradasi dengan panas.
Dalam eksperimen ini dilakukan beberapa hal seperti pencucian, perebusan, dan
pengeringan terhadap bahan uji untuk melihat pengaruhnya terhadap tingkat
kandungan vitamin C.
Prinsip dari titrasi yodium ialah
idoin memenuhi ikatan ganda vitamin C pada atom karbon kedua dan ketiga, ikatan
ganda yodium yang ditambahkan akan melebur menjadi satu ikatan. Jika semua vitamin
C sudah berlebih oleh yodium kemudian
yodium yang menetes selanjutnya selama titrasi akan bereaksi dengan indikator
dari amilum untuk membentuk iodamilum biru. terbentuknya warna biru itu
menunjukkan proses titrasi sudah selesai, karena semua vitamin C sudah
ditambahkan yodium, sehingga volume yodium ketika titrasi harus sama jumlahnya
dengan vitamin C.
Metode kedua yaitu dilakukan
spektrofotometri. Spektrofotometri adalah sebuah metode analitik berdasarkan
pada pengukuran penyerapan cahaya monokromatik dari jalur berwarna pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dan phototube vakum. Dalam eksperimen instrumen bersifat spektronik-20 ini
bekerja untuk mengukur baik itu penyerapan maupun transmitansi pada warna bahan
uji.
Pengukuran penyerapan bahan uji
dilakukan pada panjang gelombang maksimum yaitu 600 nm. Tingkat vitamin C pada
daun Kelor segar dan dan daun Kelor kering dikumpulkan dengan mengubah data
absorbansi di tabel 2 kedalam konsentrasi (ppm) memalui persamaan garis lurus
dengan hasil persamaan yaitu y = 0,0041x + 0,0165. Itu membuktikan bahwa
tingkat vitamin C dan konsentrasi absorbansi mempunyai hubungan positif dan
kurva standar memiliki akurasi yang layak dalam menentukan konsentrasi.
Hasil dari batang bahan uji yang
kering menunjukkan bahwa batang yang kering tidak mengandung vitamin C. hal ini
disebabkan karena jumlah vitamin C dalam batang yang kering sangat rendah dan
proses pengeringan membuat vitamin C hilang. Tingkat akurasi pada instrument
ini bisa juga digunakan untuk memperoleh hasil dalam ekperimen ini.
Berdasarkan dua metode yang
dilakukan untuk tes kuantitatif dapat diketahui tingkat vitamin C dalam bahan
uji, metode spektrofotometrik memberi hasil lebih akurat dibandingkan metode
titrasi iodometrik. Tingkat akurasi menggunakan aturan spektronik-20 dalam
metode spektrofotometrik lebih tinggi dibandingkan metode titrasi iodometri.
kedua metode tersebut dapat
digunakan untuk membandingkan kandungan vitamin C dalam pohon Kelor. Tetapi
dapat disimpulkan bahwa metode sepktrofotometrik lebih baik dalam menganalisis
kandungan vitamin C dibandingkan metode titrasi iodometrik.