Author: Do eun rim
Length: Chapter
Genre: Romance
Disclaimer: ini FF pertama yang saya buat, maaf kalo ceritanya kurang menarik dan typo bertebaran.
^^
Dan saat aku melihat semuanya, mendengar
semuanya.
Karena setelah
kau beranjak pergi, aku baru menyadarinya.
Keegoisanku yang
hanya mempedulikan diri sendiri.
Kejamnya aku,
yang tidak menyadari semua perasaanmu.
Aku bahkan tidak
percaya bisa menjadi seperti ini.
Cintamu
senantiasa mengubahku.
^^
Yeouido Park
Eun rim POV
Seketika aku tersadar dari
lamunanku. Kutarik nafas sambil memejamkan mata, mencoba melupakan
mozaik-mozaik hidup dimasa lalu yang membuat hatiku gamang. Udara segar di pagi
hari dan angin sepoi-sepoi dari pohon Cherry
Blossom yang bunganya sangat kusukai dan kebetulan sedang bermekaran di
musim semi, ditambah dengan pemandangan indah aliran sungai Han membuatku sedikit rileks. Aktivitas
yang begitu padat dan kerinduan kepada handai taulan dapat sedikit kuobati di
taman ini. Beruntung aku mempunyai teman seperti Hye Young dan Young Ung Oppa. Tapi aku sangat merindukan
sahabatku dulu, selain sahabat dia juga sudah seperti kakak bagiku, mungkin
lebih dari itu. Dan dia sekarang pergi
entah kemana.
“Sedang apa kau
sekarang?”, fikirku dalam hati.
Daffar POV
Aku berjalan kaki sambil melihat
jernihnya aliran sungai Han di pagi hari, pohon-pohon Cherry Blossoms yang sangat cantik ditambah udara yang segar sangat
memanjakan mataku.
“Aku sekarang
sudah meihat Cherry blossoms ini,
ternyata tidak kalah cantik dengan sakura”,
kata Daffar berbicara entah pada siapa.
Ketika mataku tertuju pada sebuah bangku taman
di depan sana, seketika fikiranku kembali pada masa lalu, wanita yang duduk di
bangku itu mengingatkanku pada seseorang yang memang sedang kucari
keberadaannya, jilbab putih yang dipakainya tertiup oleh angin. Wanita itu
seperti terasingkan diantara wanita-wanita yang rambutnya tergerai bebas. Aku hendak berjalan mendekatinya, tetapi baru
beberapa langkah, ada seorang lelaki yang datang menghampirinya.
“Tunggu,
sepertinya aku mengenali lelaki itu”, kataku sambil mencoba mengingat dan
memfokuskan kacamataku.
Author POV
Flashback on
Daffar sedang berbincang-bincang
dengan Young ung di lobi kantornya, mereka membahas tentang kerjasama yang akan
mereka lakukan. Mereka berteman baik, karena hanya Young ung lah yang sudah
tidak asing dengan keyakinan yang dianut Daffar. Ketika waktu break, Young ung bertanya tentang
masalah pribadi Daffar.
“Aku mempunyai
teman yang sudah kuanggap adikku sendiri, dia seiman denganmu, dia orang yang friendly dan menyenangkan, mungkin saja kau ada chemistry dengannya”, kata Young ung
menyarankan.
“Mian, tapi aku masih menunggu
seseorang”, kata Daffar dan segera mengalihkan pembicaraan.
Flashback off
Daffar termenung
sesaat,
“Bukankah Young
ung hyung akan bertanding hari ini”, sesaat Daffar
terdiam berfikir.
“Ahh… aku punya
ide”, kata Daffar dengan tersenyum
senang.
Daffar segera
meninggalkan taman, bersiap-siap untuk sebuah misi yang sudah lama
direncanakannya.
Author POV
Young ung
menghampiri seorang wanita yang duduk di bangku taman itu,
“Maaf sudah lama
menunggu”, katanya ramah,
“Tak apa, aku
juga baru tiba disini, aku sudah membuatkan nasi goreng kimchi untuk kita makan
bersama”, kata Eun rim sambil memperlihatkan dua kotak makan,
“Kebetulan aku sangat lapar, ayo kita makan di
dekat sungai itu”, kata Young ung sambil membantu membawa kotak bekal,
“Kajja!”, kata Eun rim sambil berjalan
mendahului Young ung,
Sesaat ia
menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang,
“Siapa yang
sampai pertama di tempat itu akan ditraktir Jjajangmyeon”,
kata Eun rim kemudian berlari sambil tertawa puas,
“Hei! Kau
curang! Eun rim-a!”, teriak Young ung sambil berlari menyusul Eun rim.
Mereka tidak
menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan tingkah mereka.
Young ung dan
Eun rim sedang memakan bekal mereka, sambil memainkan kaki yang menyentuh air
di sungai Han.
“Eun rim-a,
kapan kau main lagi ke rumah? Eomma selalu menanyakanmu”, kata Young ung membuka
obrolan.
“Mungkin lain
kali, akhir-akhir ini aku sangat sibuk, sampaikan salamku untuk eomma”, kata
Eun rim yang di jawab dengan anggukan oleh Young ung.
Eun rim
termenung sesaat.
“Oppa, apakah kau tidak berniat memiliki yeojachingu?”, tanya Eun rim polos,
“Kau kan yeojachinguku”, kata Young ung menggoda
adik kesayangannya itu.
“Aku serius”,
kata Eun rim sambil memasang wajah kesal.
“Entahlah, aku
masih nyaman seperti ini, bersama kau saja rasanya sudah cukup”, kata Young
terseyum sambil menatap jernihnya aliran
sungai Han.
“Terserah Oppa, tapi awas saja jika aku sudah
punya namjachingu dan Oppa
belum punya yeojachingu”, kata Eun
rim mengancam.
“Ne, adikku yang pabo”, kata Young ung kemudian memukul kepala Eun rim.
Yang dipukul
hanya meringis kemudian memasang tatapan membunuh.
Tiba-tiba ada
pesan masuk dari seseorang di handphone Young ung.
From : Daffar
Hyung, kau akan
bertanding Taekwondo kan? Bolehkan aku ikut menonton?
Young ung yang
membaca pesan itu mempunyai ide, ia segera membalas sms itu.
To : Daffar
Ne, temui aku di
Olympic stadium, kebetulan aku membawa adikku, kau bisa menemaninya kan?
Tak berapa lama,
handphone Young ung berbunyi lagi.
From : Daffar
Arraseo, itu
mudah.
Eun rim ikut
melihat ke handphone Young ung, tetapi lelaki itu segera menutup handphonenya.
“Kajja, kita
harus segera ke tempat perlombaan”, kata Young ung seraya bangkit dari
duduknya.
Eun rim
mengikuti langkah Young ung meski fikirannya dipenuhi banyak pertanyaan.
^^
Olymic stadium
Young ung sedang bersiap-siap di
pinggir tempat pertandingan, ia mengenakan baju Taekwondo putih dengan sabuk
hitamnya. Young ung melambaikan tangan kearah penonton dimana Eun rim sedang
duduk dan memberinya isyarat untuk semangat.
Eun rim sedang menatap ke arah Young
ung, tiba-tiba ada seorang lelaki berkacamata duduk disampingnya dan tersenyum
ramah. Seketika Eun rim teringat seseorang yang ada di masa lalunya, ia terdiam
beberapa saat.
“Annyeonghaseyo”, sapa lelaki berkacamata
itu ramah,
Lelaki itu
melambaikan tangan tepat di muka Eun rim mencoba menyadarkannya,
“ Annyeonghaseyo”, kata Eun rim masih dengan
muka bingung.
Eun rim melihat
lelaki itu dan Young ung saling memberikan isyarat.
Eun rim POV
“Lelaki itu?
Apakah dia…”, aku masih menebak-nebak.
Tuhan, jika itu
memang benar dia, aku akan sangat bahagia.
Daffar POV
Dia masih sama
seperti dulu. Terimakasih Tuhan. Aku berjanji tak akan mengecewakannya lagi.
Author POV
“Kau adiknya Young ung hyung? Namamu siapa?”, tanya Daffar
mencoba mencairkan suasana.
“Ani, aku temannya tapi dia sudah
menganggapku seperti adiknya sendiri, Eun rim imnida, dan kau?”, kata Eun rim
memperkenalkan diri dan tersenyum ramah.
“Issei imnida, kita
berbicara bahasa Indonesia saja”, kata Daffar di balas anggukan oleh Eun rim.
“Aku yakin nama
aslimu bukan itu, tapi aku menyukai namamu”, kata Daffar tanpa melihat ke arah
Eun rim.
“Aku juga yakin
nama aslimu bukan itu, hei kita baru bertemu, tapi kau sudah membuatku kesal”,
kata Eun rim ketus.
“Anio, kita sering bertemu, memang
seperti ini watakku”, kata Daffar misterius.
Eun rim terdiam
sesaat, ia tertarik dengan perkataan Daffar tadi.
“Kau tau apa
saja tentangku?”, selidik Eun rim.
“Namamu, pekerjaanmu,
idolamu, negara impianmu, seberapa menyebalkannya dirimu…”, Daffar berhenti
berkata karena Eun rim mengangkat tangan, mengisyaratkan untuk berhenti bicara.
“Kau tau semua tentangku?
Jinjja? Kau ini siapa? Atau
jangan-jangan kau itu…”, sekarang giliran Daffar yang menutup mulut Eun rim
dengan jari telunjuknya karena Eun rim terlalu banyak bicara.
“Cepat atau
lambat kau akan mengetahuinya, lebih baik kita lihat Young ung hyung bertanding”,
kata Daffar mengalihkan perhatian Eun rim.
Ketika Young ung menang bertanding,
Eun rim dan Daffar merayakannya dengan refleks toss bersama, tapi setelah itu mereka menjadi salah tingkah sendiri dan Young ung yang melihat itu
tersenyum sambil menahan tawanya.
“Chukkaeyo Oppa”, kata Eun rim sambil
menjabat tangan Young ung, Daffar pun ikut mengucapkan selamat dengan toss
mereka sendiri.
“Oppa mengenalinya?”, tanya Eun rim
bingung.
“Ne, dia teman kerjaku”, kata Young ung
sambil merangkul Daffar.
Eun rim semakin
menampakkan wajah bingungnya.
“Eun rim-a aku
tidak bisa mengantarmu pulang, kau pulang dengan dia saja ya”, kata Young ung
sambil menepuk pundak Daffar.
Eun rim
membulatkan matanya dan melihat kedua namja
itu bergantian.
“Oppa yakin
mempercayakan keselamatanku padanya? Dari mukanya saja sudah tidak meyakinkan,
siapa tau dia membunuhku, lalu mayatku di mutilasi dan dibuang ke sungai Han”,
kata Eun rim membayangkannya.
“Aku bisa lebih
sadis dari itu, semenjak kau jadi dokter fikiranmu sangat liar”, kata Daffar
karena kesal dengan khayalan Eun rim yang berlebihan.
“Aigoo, kalian berdua sama saja, cepat
sana pergi”, kata Young ung sambil mendorong mereka berdua ke arah pintu keluar
“Geurae,
kajja!”, kata Eun rim sambil menarik lengan baju Daffar dengan wajah kesal.
Daffar akhirnya mengikuti
langkah Eun rim, namun sebelah tangannya memberikan isyarat jempol pada Young
ung yang berada di belakangnya. Young ung mengangguk dan tersenyum penuh arti.