Sabtu, 14 Februari 2015

FF Romance Love In Cherry Blossom Chapter 2

Tittle/judul fanfic: Love in Cherry Blossom
Author: Do eun rim
Length: Chapter
Genre: Romance
Disclaimer: ini FF pertama yang saya buat, maaf kalo ceritanya kurang menarik dan typo bertebaran.



 ^^
Dan saat aku melihat semuanya, mendengar semuanya.
Karena setelah kau beranjak pergi, aku baru menyadarinya.
Keegoisanku yang hanya mempedulikan diri sendiri.
Kejamnya aku, yang tidak menyadari semua perasaanmu.
Aku bahkan tidak percaya bisa menjadi seperti ini.
Cintamu senantiasa mengubahku.
^^
Yeouido Park
Eun rim POV
            Seketika aku tersadar dari lamunanku. Kutarik nafas sambil memejamkan mata, mencoba melupakan mozaik-mozaik hidup dimasa lalu yang membuat hatiku gamang. Udara segar di pagi hari dan angin sepoi-sepoi dari pohon Cherry Blossom yang bunganya sangat kusukai dan kebetulan sedang bermekaran di musim semi, ditambah dengan pemandangan indah aliran sungai Han membuatku sedikit rileks. Aktivitas yang begitu padat dan kerinduan kepada handai taulan dapat sedikit kuobati di taman ini. Beruntung aku mempunyai teman seperti Hye Young dan Young Ung Oppa. Tapi aku sangat merindukan sahabatku dulu, selain sahabat dia juga sudah seperti kakak bagiku, mungkin lebih dari itu. Dan dia sekarang  pergi entah kemana.
“Sedang apa kau sekarang?”, fikirku dalam hati.

Daffar POV
            Aku berjalan kaki sambil melihat jernihnya aliran sungai Han di pagi hari, pohon-pohon Cherry Blossoms yang sangat cantik ditambah udara yang segar sangat memanjakan mataku.
“Aku sekarang sudah meihat Cherry blossoms ini, ternyata tidak kalah cantik dengan sakura”, kata Daffar berbicara entah pada siapa.
 Ketika mataku tertuju pada sebuah bangku taman di depan sana, seketika fikiranku kembali pada masa lalu, wanita yang duduk di bangku itu mengingatkanku pada seseorang yang memang sedang kucari keberadaannya, jilbab putih yang dipakainya tertiup oleh angin. Wanita itu seperti terasingkan diantara wanita-wanita yang rambutnya tergerai bebas.  Aku hendak berjalan mendekatinya, tetapi baru beberapa langkah, ada seorang lelaki yang datang menghampirinya.
“Tunggu, sepertinya aku mengenali lelaki itu”, kataku sambil mencoba mengingat dan memfokuskan kacamataku.
Author POV

Flashback on
            Daffar sedang berbincang-bincang dengan Young ung di lobi kantornya, mereka membahas tentang kerjasama yang akan mereka lakukan. Mereka berteman baik, karena hanya Young ung lah yang sudah tidak asing dengan keyakinan yang dianut Daffar. Ketika waktu break, Young ung bertanya tentang masalah pribadi Daffar.
“Aku mempunyai teman yang sudah kuanggap adikku sendiri, dia seiman denganmu, dia orang yang friendly  dan menyenangkan, mungkin saja kau ada chemistry dengannya”, kata Young ung menyarankan.
Mian, tapi aku masih menunggu seseorang”, kata Daffar dan segera mengalihkan pembicaraan.

Flashback off
Daffar termenung sesaat,
“Bukankah Young ung hyung akan bertanding hari ini”, sesaat Daffar terdiam berfikir.
“Ahh… aku punya ide”,  kata Daffar dengan tersenyum senang.
Daffar segera meninggalkan taman, bersiap-siap untuk sebuah misi yang sudah lama direncanakannya.

Author POV
Young ung menghampiri seorang wanita yang duduk di bangku taman itu,
“Maaf sudah lama menunggu”, katanya ramah,
“Tak apa, aku juga baru tiba disini, aku sudah membuatkan nasi goreng kimchi untuk kita makan bersama”, kata Eun rim sambil memperlihatkan dua kotak makan,
 “Kebetulan aku sangat lapar, ayo kita makan di dekat sungai itu”, kata Young ung sambil membantu membawa kotak bekal,
Kajja!”, kata Eun rim sambil berjalan mendahului Young ung,
Sesaat ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang,
“Siapa yang sampai pertama di tempat itu akan ditraktir Jjajangmyeon”, kata Eun rim kemudian berlari sambil tertawa puas,
“Hei! Kau curang! Eun rim-a!”, teriak Young ung sambil berlari menyusul Eun rim.
Mereka tidak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan tingkah mereka.
Young ung dan Eun rim sedang memakan bekal mereka, sambil memainkan kaki yang menyentuh air di sungai Han.
“Eun rim-a, kapan kau main lagi ke rumah? Eomma selalu menanyakanmu”, kata Young ung membuka obrolan.
“Mungkin lain kali, akhir-akhir ini aku sangat sibuk, sampaikan salamku untuk eomma”, kata Eun rim yang di jawab dengan anggukan oleh Young ung.
Eun rim termenung sesaat.
Oppa, apakah kau tidak berniat memiliki yeojachingu?”, tanya Eun rim polos,
“Kau kan yeojachinguku”, kata Young ung menggoda adik kesayangannya itu.
“Aku serius”, kata Eun rim sambil memasang wajah kesal.
“Entahlah, aku masih nyaman seperti ini, bersama kau saja rasanya sudah cukup”, kata Young terseyum sambil  menatap jernihnya aliran sungai Han.
“Terserah Oppa, tapi awas saja jika aku sudah punya namjachingu  dan Oppa belum punya yeojachingu”, kata Eun rim mengancam.
Ne, adikku yang pabo”, kata Young ung kemudian memukul kepala Eun rim.
Yang dipukul hanya meringis kemudian memasang tatapan membunuh.
Tiba-tiba ada pesan masuk dari seseorang di handphone Young ung.
From : Daffar
Hyung, kau akan bertanding Taekwondo kan? Bolehkan aku ikut menonton?
Young ung yang membaca pesan itu mempunyai ide, ia segera membalas sms itu.
To : Daffar
Ne, temui aku di Olympic stadium, kebetulan aku membawa adikku, kau bisa menemaninya kan?
Tak berapa lama, handphone Young ung berbunyi lagi.
From : Daffar
Arraseo, itu mudah.
Eun rim ikut melihat ke handphone Young ung, tetapi lelaki itu segera menutup handphonenya.
“Kajja, kita harus segera ke tempat perlombaan”, kata Young ung seraya bangkit dari duduknya.
Eun rim mengikuti langkah Young ung meski fikirannya dipenuhi banyak pertanyaan.
^^
Olymic stadium
            Young ung sedang bersiap-siap di pinggir tempat pertandingan, ia mengenakan baju Taekwondo putih dengan sabuk hitamnya. Young ung melambaikan tangan kearah penonton dimana Eun rim sedang duduk dan memberinya isyarat untuk semangat.
            Eun rim sedang menatap ke arah Young ung, tiba-tiba ada seorang lelaki berkacamata duduk disampingnya dan tersenyum ramah. Seketika Eun rim teringat seseorang yang ada di masa lalunya, ia terdiam beberapa saat.
Annyeonghaseyo”, sapa lelaki berkacamata itu ramah,
Lelaki itu melambaikan tangan tepat di muka Eun rim mencoba menyadarkannya,
Annyeonghaseyo”, kata Eun rim masih dengan muka bingung.
Eun rim melihat lelaki itu dan Young ung saling memberikan isyarat.
Eun rim POV
“Lelaki itu? Apakah dia…”, aku masih menebak-nebak.
Tuhan, jika itu memang benar dia, aku akan sangat bahagia.
Daffar POV
Dia masih sama seperti dulu. Terimakasih Tuhan. Aku berjanji tak akan mengecewakannya lagi.
Author POV
            “Kau adiknya Young ung hyung? Namamu siapa?”, tanya Daffar mencoba mencairkan suasana.
Ani, aku temannya tapi dia sudah menganggapku seperti adiknya sendiri, Eun rim imnida, dan kau?”, kata Eun rim memperkenalkan diri dan tersenyum ramah.
“Issei imnida, kita berbicara bahasa Indonesia saja”, kata Daffar di balas anggukan oleh Eun rim.
“Aku yakin nama aslimu bukan itu, tapi aku menyukai namamu”, kata Daffar tanpa melihat ke arah Eun rim.
“Aku juga yakin nama aslimu bukan itu, hei kita baru bertemu, tapi kau sudah membuatku kesal”, kata Eun rim ketus.
Anio, kita sering bertemu, memang seperti ini watakku”, kata Daffar misterius.
Eun rim terdiam sesaat, ia tertarik dengan perkataan Daffar tadi.
“Kau tau apa saja tentangku?”, selidik Eun rim.
“Namamu, pekerjaanmu, idolamu, negara impianmu, seberapa menyebalkannya dirimu…”, Daffar berhenti berkata karena Eun rim mengangkat tangan, mengisyaratkan untuk berhenti bicara.
“Kau tau semua tentangku? Jinjja? Kau ini siapa? Atau jangan-jangan kau itu…”, sekarang giliran Daffar yang menutup mulut Eun rim dengan jari telunjuknya karena Eun rim terlalu banyak bicara.
“Cepat atau lambat kau akan mengetahuinya, lebih baik kita lihat Young ung hyung bertanding”, kata Daffar mengalihkan perhatian Eun rim.
            Ketika Young ung menang bertanding, Eun rim dan Daffar merayakannya dengan refleks toss bersama, tapi setelah itu mereka menjadi salah tingkah sendiri dan  Young ung yang melihat itu tersenyum sambil menahan tawanya.
Chukkaeyo Oppa”, kata Eun rim sambil menjabat tangan Young ung, Daffar pun ikut mengucapkan selamat dengan toss mereka sendiri.
Oppa mengenalinya?”, tanya Eun rim bingung.
Ne, dia teman kerjaku”, kata Young ung sambil merangkul Daffar.
Eun rim semakin menampakkan wajah bingungnya.
“Eun rim-a aku tidak bisa mengantarmu pulang, kau pulang dengan dia saja ya”, kata Young ung sambil menepuk pundak Daffar.
Eun rim membulatkan matanya dan melihat kedua namja itu bergantian.
“Oppa yakin mempercayakan keselamatanku padanya? Dari mukanya saja sudah tidak meyakinkan, siapa tau dia membunuhku, lalu mayatku di mutilasi dan dibuang ke sungai Han”, kata Eun rim membayangkannya.
“Aku bisa lebih sadis dari itu, semenjak kau jadi dokter fikiranmu sangat liar”, kata Daffar karena kesal dengan khayalan Eun rim yang berlebihan.
Aigoo, kalian berdua sama saja, cepat sana pergi”, kata Young ung sambil mendorong mereka berdua ke arah pintu keluar
“Geurae, kajja!”, kata Eun rim sambil menarik lengan baju Daffar dengan wajah kesal.
Daffar akhirnya mengikuti langkah Eun rim, namun sebelah tangannya memberikan isyarat jempol pada Young ung yang berada di belakangnya. Young ung mengangguk dan tersenyum penuh arti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar